Do you love your wife...... ?
Dari milist tetangga, semoga kita tidak termasuk orang yang terlambat
menyadari anugerah indah yang telah Allah berikan kepada kita.
---------------------------------------------------------------------------------------
Hari itu,,,aku dengan nya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..
Aku menjadi perempuan yg paling bahagia..... .
Pernikahan kami sederhana tapi sangat meriah......
Ia menjadi pria yang sangat romantisan pada waktu itu.
Menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula
Ketika kami pacaran dia sudah sukses dalam karir nya.
Kami berbulan madu di tanah suci,,itu janjinya ketika kami berpacaran
Setelah menikah aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci....
Aku sangat bahagia dengan nya,,diya sangat memanjakan aku.... Sangat terlihat rasa cinta dan sayangnya pada ku..
Banyak orang yang bilang,kami pasangan yang serasi. Sangat terlihat
sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Aku bahagia menikah dengannya.
5
Tahun sudah kami menikah, sangat tak terasa waktu berjalan, walaupun
kami hanya berdua saja.Karena sampai saat ini aku belum bisa
memberikannya seorang malaikat kecil di tengah keharmonisan rumah tangga
kami.
Karena dia anak lelaki satu - satunya dalam keluarga nya,,jadi aku harus berusaha untuk dapat meneruskan generasi nya...
Alhamdulillah suamiku mendukung ku.... Ia mengaggap Allah belum
mempercayai kami untuk menjaga titipan NYA.
Tapi
keluarga nya mulai resah,, Dari awal kami menikah ibu & adiknya
tidak menyukaiku,, aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan
dari mereka,,tapi aku menutupi dari suami ku......
didepan suami ku,,mereka sangat baik pada ku,,tapi dibelakang suamiku,,aku dihina - hina oleh mereka...
Pernah
suatu ketika, 1 tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami
kecelakaan,, , mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut
yang hampir membuat ku menjadi
seorang janda.
Ia dirawat
dirumah sakit,,pada saat dia belum sadarkan diri,,aku selalu menemaninya
siang & malam, kubacakan ayat - ayat suci Al-Qur'an,aku sibuk bolak
- balik rumah sakit dan tempat aku melakukan aktivitas sosialku, aku
sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.
Ketika
aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami,,aku melihat
didalam kamarnya ada ibu, adik - adiknya dan teman - teman suamiku, dan
satu lagi aku melilhat seorang wanita yg sangat akrab dengan ibunya.
Mereka tertawa menghibur suamiku.
Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat
suami ku sudah sadar,,tapi aku tak boleh sedih di depannya.
Kubuka pintu yg tertutup rapat itu,sambil mengatakan "Assalammu'alaikum"
mereka
menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua
melihatku,,, suamiku menatapku penuh manja,,mungkin ia kangen padaku
karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup. Tangannya
melambai,,mengisyar atkan aku untuk memegang tangannya yg erat. Setelah
aku menghampirinya, ku cium tangannya sambil berkata "Assalammu'alaikum"
ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih tapi penuh dengan cinta.
Aku pun senyum melihat wajahnya.
Ibu nya lalu berbicara sama aku ...
"Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri"
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya,
perempuan itu bernama Desi, dan diya sangat akrab dengan keluarga
suamiku.
Dan akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga.
Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku biacara di dalam ruangan,,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.
Aku
sibuk membersihkan & mengobati luka - luka di kepala suamiku,,,baru
sebentar aku membersihkan mukanya,,tiba - tiba adik ipar ku yg bernama
Dian mengajakku keluar,ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun
mengijinkannya. Aku pun menemaninya.
Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata " lebih baik kau pulang saja "
Ada kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. "
Aku
pun tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang
harus banyak beristirahat, karena sikologisnya masih labil,, Aku
berdebat dengannya mengapa aku tidak boleh pamitan pada suamiku, tapi
tiba – tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia mengatakan hal yg
sama, ia akan memberi alsan pada suamiku mengapa aku pulang tak pamitan
pada nya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah
suamiku tetap saja membenarkannya, akhirnya aku pun pergi meninggalkan
rumah sakit itu dengan linangan air mata. Sejak saat itu aku tidak
pernah diijinkan
menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah
sakit. Dan aku hanya bisa menangis dlm kesendirianku. Menangis mengapa
mereka sangat membenciku.
Hari itu, aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut
kehilangannya, aku takut cintanya dibagi denagn yang lain. Pagi itu,
pada
saat aku membersihakn pekarang rumah kami, suamiku memanggil ku ke
taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di
ayunan favorit kami, sambil melihat ikan - ikan yang bertaburan di kolam
air mancur itu.
Aku bertanya " Ada apa kamu memanggil ku ?"
Ia berkata " Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang "
Aku menjawab " Ia sayang aku tahu, aku sudah mengemasi barang – barang kamu di travel bag dan kamu sudah pegang tiket bukan ?"
"Ya
tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sdh
lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku
kan pulang dengan mama ku " Jawab nya tegas
"Mengapa baru
bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana ?" tanyaku balik
kepada nya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia
baru memberitahu rencana kepulanggannya itu, padahal aku bersusah payah
mencarikan tiket pesawat untuknya.
" Mama minta aku yang menemani nya saat pulang nanti " jawab nya tegas
"
Sekarang aku ingin seharian dengan kamu, karena nanti kita 3 minggu
tidak bertemu, ya kan ?" lanjut nya lagi sambil memeluk ku dan mencium
keningku.. Hatiku sedih, dengan keputusannya, tapi tak boleh aku
tunjukkan pada nya.
Bahagianya aku, dimanja dengan suami yang
penuh dengan rasa sayang &cintanya.Walau terkadang ia bersikap
kurang adil terhadapku.
Aku hanya bisa tersenyum saja,
padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarga nya tidak
menyukaiku hanya karena mereka cemburu pada ku karena suamiku sangat
sayang pada ku, aku memutuskan agar ia saja yg pergi, dan kami juga
harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.
Karena
ini acara sakral bagi keluarganya. Jadi seluruh keluarga nya harus
komplit, aku pun tak diperdulikan oleh keluarganya harus datang atau
tidak, tidak hadir justru membuat mereka sangat senang, aku pun tak mau
membuat riuh keluarga ini.
Malam sebelum kepergiannya, aku
menangis sambil membereskan keperluannya yang akan dibawa ke Sabang, ia
menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku lalu aku peluk erat
dirinya, hati ini bergumam seakan terjadi sesuatu,,tapi aku tidak tahu
apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal
pergi olehnya.
Aku tidak pernah di tinggal pergi selama ini, karena kami selalu
bersama -sama kemana pun ia pergi.
Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian tidak punya teman, hanya pembantu saja teman ngobrolku.
Hati ini sedih akan di tinggal pergi oleh nya.
Sampai keesokan hari nya, aku menangis..menangisi kepergiannya.
Aku
tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh
berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu
menelpon ku.
Berjauhan dengan suamiku, sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri.
Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadi aku tak terlalu kesepian di tinggal pergi ke Sabang.
Saat
kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami buruk,saat ia di sana aku
pun jatuh sakit...rahimku sakit sekali seperti dililit oleh
tali,,,tak
tahan aku menhan rasa sakit dirahimku ini,sampai - sampai aku mengalami
pendarahan,, aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki - lakiku yang
kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut
rahim stdium 3.... Aku menangis,,apa yang bisa aku banggakan
agi,,mertuaku akan semakin menghinaku,, ,suami ku yang malang ,,yang
berharap akan punya keturunan dari rahimku... Aku tak bisa memberikannya
keturunan. Dan aku hanya memeluk adikku.
Aku kangen pada suamiku, aku menunggu ia pulang,,kapan ia pulang, aku tak tahu..
Sementara suamiku disana,,aku tidak tahu mengapa ia selalu marah - marah
jika menelponku,, bagaimana aku akan cerita kondisiku jika ia selalu
marah - marah terhadapku,,
Lebih baik aku tutupi dulu,,dan aku juga tak mau membuatny khawatir selama ia berada di Sabang.
Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita pada nya.
Setiap
hari aku menanti suami ku pulang, hari demi hari aku hitung....Sudah 3
minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto- f
oto kami, ponselku berbunyi, menandakan ada sms yang masuk.
Ku
buka di inbox ponselku, ternayta dari suamiku yang sms, ia menulis "aku
sudah beli tiket untuk pulang, aku pulang nya satu hari lagi, aku akan
kabarin lagi".
Hanya itu saja yang diinfokannya, aku ingin
marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu
pun tiba,,aku menantinya dirumah. Sebagai seorang istri, aku pun
berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut
suamiku pulang, dan aku akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg
buruk akhir - akhir ini.
Bel pun berbunyi, kubuka kan pintu untuknya ia pun mengucap salam,
sebelum
masuk aku pegang tangannya ke depan teras, ia tetap berdiri, aku
membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan ku cuci kedua kakinya,
aku
tak mw ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami, setelah itu aku pun
berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksi nya ...
Masya Allah ia tidak mencium keningku, ia langsung naik keatas, ia
langsung mandi dan tidur,tanpa bertanya kabarku..
Aku
hanya berpikiran, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaannya
sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku
pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.
Biasa
nya kami selalu berjama'ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas,
aku tak tega membangun kannya, aku helus mukanya,aku cium keningnya,
lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka'at.
Aku
mendengar suara mobinya, aku terbangun lalu aku liat dia dari balkon
kamar kami dia bersiap - siap untuk pergi, aku memanggil nya tapi ia tak
mendengar, lalu aku langsung ambil jilbabku, aku lari dari atas ke
bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku, aku
mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi,,ada apa dengan suamiku...mengapa
ia sangat aneh terhadapku ?
Aku tidak bisa diam begitu saja firasatku ada sesuatu.
Saat
itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuaku, kebetulan Dian yang
angkat telpon nya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang terjadi
dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab "Loe pikir aja sendiri !!!"
telpon pun langsung terputus. Ada apa ini ? Tanya hatiku penuh dalam
kecemasan.
Mengapa suamiku berubah setelah ia pulang dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan ku.
Semakin
hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung
jawabnya sebagai seorang suami, kami berbicara seperlunya saja,
aku selalu di introgasinya, aku dari mana dan mengapa pulang terlambat,
ia bertanya denagn nada yg keras, suamiku telah berubah.
Bahkan
yang membuat ku kaget, aku pernah di tuduh nya berzina dengan mantan
pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku
serendah itu, tapi aku selalu ingat, sebagaimana pun salahnya seorang
suami, status suami tetap di atas para istri, itu yang aku pegang, aku
hanya berdo'a agar suamiku sadar akan prilakunya. *******
2
Tahun berlalu, suamiku tak berubah juga, aku menangis tiap malam, lelah
menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja kenal,
kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna, walaupun kondisinya tetap
seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiapi segala yang ia
perlukan.
Penyakitku pun masih aku simpan dengan baik dan ia tak
pernah bertanya obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna,
harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua
akan berakhir.
Bersyukurlah, aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai
seorang guru ngaji jadi aku tak perlu repot - repot meminta uang pada nya
hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.
Sungguh
suami yang dulu aku puja, aku banggakan sekarang telah menjadi orang
asing, setiap aku tanya ia selalu meyuruhku untuk berpikir sendiri.
Tiba - tiba saja malam itu, setelah makan malam selesai, suamiku
memanggilku.
"ya ada apa Yah !" sahutku dengan memanggil nama kesayangannya "Ayah"
"Lusa kita siap - siap ke Sabang ya !" Jawabnya tegas
" Ada apa ?" Mengapa ?" sahutku penuh dengan keheranan
Astaghfirullah. ..suami ku yang dulu lembut menjadi kasar, diya
mebentakku,, tak ada lagi diskusi anatara kami.
Dia mengatakan " Kau ikut saja jgn byk tanya !!! "
Aku pun lalu mengemasi barang - barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis,sedih karena suamiku yang tak ku kenal lagi.
2
Tahun pacaran, 5 tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi
orang asing buat ku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang
dihiasi foto pernikahan kami sekarang menjadi dingin, sangat dingin
dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku
berontak tapi aku tak bisa, suamiku tak suka dengan wanita yang kasar,
ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang - barang, dia bilang
perbuatan itu menunjukkan ketidakhormatan kedapanya. Aku hanya bisa
bersabar
menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini sendiri.
Kami
telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku
tidak tidur, karena terus berpikir. Keluarga besar nya telah berkumpul
disana, termasuk ibu & adik - adiknya, aku tidak tahu ada acara apa
ini..
Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah
didalam kamar tua itu, ia pun keluar bergabung dengan keluarga besarnya.
Baru
saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dlm lemari
tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua itu telah ada sebelum
suamiku lahir.
Tiba - tiba Tante Lia, tante yang sangat
baik pada ku memanggil ku untuk segera berkumpul diruang tangah, aku pun
ke ruang keluarga yag berada ditengah rumah besar itu, rumah zaman
peninggalan belanda diaman langit -langit nya lebih dari 4 meter. aku
duduk disamping suamiku, suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak
berani bertanya pada nya, tiba -tiba saja neneknya, orang yang dianggap
paling tua dan paling berhak atas semuanya membuka pembicaraan.
"Baiklah,karena
kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha ! " Nenek
nya bicara sangat tegas.. Dengan sorot mata yang tajam.
" Ada apa ya Nek ?" sahutku dengan penuh tanya..
Nenek
pun menjawab " Kau telah gabung dengan keluarga kami hampir 8
tahun,sampai saat ini kami tak melihat tanda - tanda kehamilan yang
sempurna,sebab selama ini kau selalu keguguran !!'
Aku menangis, untuk inikah aku diundang ke mari, untuk dihina atau dipisahkan dengan suamiku.
"Sebenarnya
kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu, sebelum kaumenikah
dengannya, tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan
akhirnya menikahlah ia dengaa kau." Neneknya berbicara sangat lantang,
mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.
Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.
"Dan aku dengar dari ibu mertua mu kau pun sudah berkenalan dengannya"
Neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.
Sedangkan
suamikku hanya diam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk
suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian..
Nenek nya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari
pembicaraannya ialah dengan wajah yang sangat menantang ia berkata " kau mau nya gimana ? kau di madu atau diceraikan ?"
Masya Allah...... kuat kan hati ini, aku ingin jatuh pingsan, hati ini
seakan remuk mendengar nya, hancur hati ku, mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..
Aku
selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal dipulau
kayu tersebut, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan
ini.
"Fish, jawab !! " Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab
Aku langsung memegang tangan suamiku, dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas....... ..
"
Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat
berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan
keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami."
Itu
yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cinta ku di bagi, pada saat
itu juga suami ku memandangku dengan tetesan air mata, tapi mata ku tak
sedikit pun menetes di hadapan mereka.
Aku lalu bertanya kepada suami ku, "Ayah siapakah yang akan menjadi sahabat ku dirumah kita nanti Yah ? "
Suamiku menjawab " Dia Desi ! "
Aku
pun langsung menarik napas dan langsung berbicara " Kapan pernikahan
nya berlangsung ? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek
?"
Ayah mertuaku menjawab "Pernikahannya 2 minggu lagi."
" Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk
menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok" setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.
Tak
tahan lagi, air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku
buka pintu kamar, aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak,
tapi
aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah
dibagi,,sakit. .diiringi akutnya penyakitku. Apakah karena ini suamiku
menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini ?
Aku
berjalan menuju ke meja rias, ku buka jilbabku, aku bercermin sudah
tidak cantikkah aku ini, ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang
setiap hari rontok, ku lihat wajahku,,ternyata aku memang sudah tidak
cantik lagi, rambutku sudah hampir habis, kepalaku sudah botak dibagian
tengahnya.
Tiba - tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata
suami ku datang, ia berdiri dibelakangku, ,tak kuhapus air mata ini aku
langsung memandangnya dari cermin meja rias itu.
Kami diam
sejenak, lalu aku mulai pembicaraan "terimah kasih ayah, kamu memberi
sahabat kepada ku, jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi
kamu nanti ! iya kan ?"
Suami ku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia
tersenyum
dan bertanya knp rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah
memakai shampo, dalam hati ku mengapa ia sangat cuek ? ia sudah tak
memanjakan ku lagi.. Lalu dia bilang bilang "sudah malam, kita istirahat
yuk " !
"Aku sholat isya dulu baru aku tidur" jawab ku tenaang.
Dalam
sholat, dalam tidur aku menangis, ku hitung waktu, kapan aku akan
berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan
suamiku.
Aku tak tahu kalo Desi orang Sabang juga. Sudahlah ini mungkin takdirku.
Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku,diamana rasa sayang dan cintanya itu.
Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku dilaptopku.
Di
laptop aku menulis saat - saat terakhirku melihat suamiku, aku marah
pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku
yang tidur pulas, apa salahku sampai ia berlaku kejam kepada ku. Aku
save di my document yang bertitle "Aku mencintaimu Suamiku "
Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk
keluar,
aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, mungkin aku takkan
bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama,, lalu suamiku yang
telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.
"Apakah kamu sudah siap ?"
Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :
"Nanti
jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam
rumah ini, cucilah kaki nya sebagaimana kamu mencuci kaki ku dulu,lalu
ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do'a di ubun
-ubunya sebagaimana yang kamu lakukan pada ku dulu lalu setelah
itu....."
tak sanggup aku ingin meneruskan pembicaraan ini, aku ingin menagis meledak
Tiba - tiba suamiku menjawab "lalu apa Bunda ?"
Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk,aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar - binar...
"bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan ?" pinta ku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.
Dia mengangguk dan berkata " Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?"
sambil
ia menghelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sidikit membungkuk
karena diya sangat tinggi, aku hanya sedada nya saja..
Dia
tersenyum, sambil berkata " Kita liat saja nanti ya !" dia memelukku
dan berkata, "bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui
selain mama" lalu ia mencium keningku, aku langsung memeluk nya erat dan
berkata " Ayah, apakah ini akan segera berakhir ? Ayah kemana saja ?
Mengapa
ayah berubah ? Aku kangen sama ayah ? Aku kangen belaian kasih sayang
ayah ? Aku kangen dengan manjanya ayah ? Aku kesepian ayah ? Dan satu
hal lagi yang harus ayah tau bahwa aku tidak pernah berzinah ! Dulu
waktu awal kita pacaran,aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4
bulan bersama ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu
adalah lelaki yang aku cari." Bukan bearti aku pernah berzina ayah. Aku
langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata "
Aku minta maaf ayah telah membuatmu susah"Saat itu juga, diangkatnya
badanku,ia hanya menangis.
Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali.
Tiba
- tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku,
dan ia bertanya " bunda baik - baik saja kan " tanya nya dengan penuh
khawatir.
"aku pun menjawab, bisa memeluk dan melihat kamu
kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik Yah" aku tak bisa bicara
sekarang. Karena dia akan menikah. Aku tak mau buat diya khawatir. Dia
harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.
Setelah tiba dimasjid, ijab qabul pun dimulai. Aku duduk di sebrang
suamiku.
Aku
melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu membuat hati
ini cemburu, ingin berteriak mengatakn "Ayah Jangan" tapi aku ingat akan
kondisi ku.
Jantung ini berdebar kencang, ketika mendengar ijab qabul tersebut.
Begitu
ijab qabul selesai, aku menarik napas panjang, Tante Lia, tante yang
baik itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati
ini,ya,,aku kuat.
Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding
di pelaminan. Orang -orang yang hadir di acara resepsi itu iba
melihatku, mereka melihatku sangat aneh, wajahku yang selalu tersenyum
tapi hatiku menangis.
Sampai dirumah, suamiku langsung
masuk ke dalam rumah begitu saja, tak mencuci kaki nya. Aku sangat heran
dengan prilaku nya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini ?
Sementara itu Desi sambut hangat di dalam keluarga suamiku,tak seperti aku yang di musuhinya.
Malam
ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa !! Suamiku akan tidur dengan
perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tau apa yang mereka lakukan
didalam.
1/3 malam, pada saat aku ingin sholat lail aku
keluar untuk berwudhu, aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur
disofa ruang tengah, ku dekati lalu ku lihat..... Masya Allah, suamiku
tak tidur dengannya,ia tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil
menghelus mukanya yang lelah, tiba- tiba ia memegang tangan kiriku,
tentu saja aku kaget.
"kamu datang ke sini, aku pun tau "
ia langsung berkata seperti itu, aku tersenyum dan megajaknya sholat
lail. Setelah sholat lail, ia mengatakan "maafkan aku, aku tak boleh
menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku.
Besok kita pulang ke Jakarta , biar Desi pulang denagn mama,papa Dan juga adik - adikku"
Aku
menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk
istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja,
sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah, apakah Engkau akan menyuruh
malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, aku telah meresakan
kehadirannya saat ini. Tapi masih bisakah engaku ijinkan aku untuk
mersakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini.
Suamiku berbisik, "Bunda kok kurus ?"
Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.
Aku pun berkata "Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi ?"
"
Aku kangen sama kamu Bunda " Aku tak mau menyakitimu lagi, kamu sudah
terluka oleh sikapku yang egois" Dengan lembut suamiku menjawab seperti
itu.
Lalu suamiku berkata, " Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda...
Selama
ayah di Sabang, ayah dengar kalo bunda tidak tulus mencintai ayah,bunda
seperti mengejar sesuatu, seperti harta ayah, dan satu lagi ayah pernah
melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya klo bunda gk
mw berbuat seperti itu, dan seperti itu di beri tanda kutip (
"sepertiitu" ), ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung, dan
ayah berpikir klo bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu
ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu
memanjakan bunda "
Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku,
ketika tidak ada kepercayaan didirinya, hanya karena omongan
keluarganya, yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai
pasangan seumur hidupku ini.
Aku hanya menjawab "Aku sudah
ceritakan itu kan Yah, akutidak pernah berzinah, dan aku mencintaimu
setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa kamu, banyak
lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah.
Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu.
Entah
aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian
dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan
suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluaraganya juga. Karna
aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci..
Keesokan harinya..... ......
Katika aku ingin bangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali..aku pendarahan.. suamiku kaget...
Suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.
Aku pun dilarikan ke rumah sakit....
Jauh sekali aku mendengar suara zikir suamiku....
Aku merasakan tanganku basah...
Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa
kekhawatiran.
Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan " Bunda,,Ayah minta maaf ,,,,!!"
Berapa kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hati ku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku.
Aku
berkata dengan suara yang lirih " Yah....Bunda ingin pulang,,bunda
ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya Yah...."
"Ayah jangan berubah lagi ya !!! Janji ya Yah... !!! Bunda sayang banget sama Ayah "
Tiba - tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakit nya semakin keatas,
kakiku
sudah tak bisa bergerak lagi, aku tak kuat lagi memegang tangan
suamiku, kulihat wajahnya yang tampan, linangan air matanya.
Sebelum mata ini tertutup ku lafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil. _
Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku
Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka,,
Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacran sampai kami menikah.
Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafas ku..
Untuk
Ibu mertuaku : "Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai
aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma, dari dulu aku selalu
berdo'a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku
didepan suamiku, apa engkau punya bukti nya Ma. Mengapa engkau sangat
cemburu padaku Ma ? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya
untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu
inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kau
sangat baik tetapi dengan ku, menantumu kau bersikap sebaliknya."
---------------------------------------------------------------------------------------
In the other scanning…
Setelah ku buka laptop,ku baca curhatan istriku
Ayah,,mengapa keluargamu sangat membenciku
Aku dihina oleh mereka ayah.
Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu ?
Pernah
suatu ketika, aku bertemu Dian di jalan, aku menegornya karena dia adik
iparku tapi aku disambut denagn wajah ketidak sukaannya.. Sangat
terlihat Ayah.
Tapi ketika engaku bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia
memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah.
Aku tak bisa berbicara ttg ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah.
Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku.
Aku cemburu paad Desi yang sangat akrab dengan mertuaku
Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku
Aku sangat marah....
Jika aku membicarakn hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan ibunya.
Aku tak mau sakit hati lagi.
Ya Allah kuatkan aku,,maafkan aku
Engkau Maha Adil.
Berilah keadilan ini padaku Ya Allah
Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku.
Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja - manja lagi padamu.
Aku kuat ayah dalam kesakitan ini.
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku.
Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah.
Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu
Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui
Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku
Aku harus sadar diri Ayah,,sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu
Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku ?
Ayah aku masih tak rela Tapi aku harus ikhlas menerimanya
Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya
Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku
Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir
Sebelum ajal ini menjemputku
Ayah...aku kangen ayah
---------------------------------------------------------------------------------------
Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu Bun
Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi ke Pulau Kayu ini
Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.
Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.
Bunda akan selalu hidup dihati ayah.
Bunda... Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah...
Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku,
rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.
Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, dalam kesendirianmu. ...
Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus.
Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..
Bunda,,kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.
Aku menyesal telah asyik dalam keegoanku..
Bunda maafkan aku. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat ditidurmu yang panjang.
Maafkan aku , tak bisa bersikap adil dan membahagiakan mu, aku selalu
mengiyakan
apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku
ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.
Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana ?
Apakah Bunda tetap menanti ayah disana ? Tetap setia di alam sana ?
Tunggulah Ayah disana Bunda......
Bisakan ? Seperti Bunda menunggu ayah di sini...... Aku mohon.....
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bunda selalu menunggumu disini…di dunia kau adalah imamku…di akhiratpun kau kunanti untuk tetap jadi imamku…
seperti impian kita dulu….
Duhai suamiku….
aku mencintaimu karena Allah………….
Read More..