MUSLIMAH KREATIF

''Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS 16: 18).

Photobucket

Oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A Seiring dengan makin jauhnya jaman dari masa kenabian Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka semakin banyak pula kesesatan dan bid’ah yang tersebar di tengah kaum muslimin[1], sehingga indahnya sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kebenaran makin asing dalam pandangan mereka. Bahkan lebih dari pada itu, mereka menganggap perbuatan-perbuatan bid’ah yang telah tersebar sebagai kebenaran yang tidak boleh ditinggalkan, dan sebaliknya jika ada sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dihidupkan dan diamalkan kembali, mereka akan mengingkarinya dan memandangnya sebagai perbuatan buruk. Sahabat yang mulia, Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata: “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh perbuatan-perbuatan bid’ah akan bermunculan (di akhir jaman) sehingga kebenaran (sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak lagi terlihat kecuali (sangat sedikit) seperti cahaya yang (tampak) dari celah kedua batu (yang sempit) ini. Demi Allah, sungguh perbuatan-perbuatan bid’ah akan tersebar (di tengah kaum muslimin), sampai-sampai jika sebagian dari perbuatan bid’ah tersebut ditinggalkan, orang-orang akan mengatakan: sunnah (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) telah ditinggalkan”[2]. Keadaan ini semakin diperparah kerusakannya dengan keberadaan para tokoh penyeru bid’ah dan kesesatan, yang untuk mempromosikan dagangan bid’ah, mereka tidak segan-segan memberikan iming-iming janji keutamaan dan pahala besar bagi orang-orang yang mengamalkan ajaran bid’ah tersebut. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau pada saat ini tidak sedikit kaum muslimin yang terpengaruh dengan propaganda tersebut, sehingga banyak di antara mereka yang lebih giat dan semangat mengamalkan berbagai bentuk zikir, wirid maupun shalawat bid’ah yang diajarkan para tokoh tersebut daripada mempelajari dan mengerjakan amalan yang bersumber dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau. Tentu saja ini termasuk tipu daya setan untuk memalingkan manusia dari jalan Allah Ta’ala yang lurus. Allah Ta’ala berfirman: {وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا} “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari kalangan) manusia dan (dari kalangan) jin, yang mereka satu sama lain saling membisikkan perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia)” (QS al-An’aam:112). Bahkan setan berusaha menghiasi perbuatan-perbuatan bid’ah dan sesat tersebut sehingga terlihat indah dan baik di mata manusia, dengan mengesankan bahwa dengan mengerjakan amalan bid’ah tersebut hati menjadi tenang dan semua kesusahan yang dihadapi akan teratasi (??!!). Pernyataan-pernyataan seperti ini sangat sering terdengar dari para pengikut ajaran-ajaran bid’ah tersebut, sebagai bukti kuatnya cengkraman tipu daya setan dalam diri mereka. Allah Ta’ala berfirman: {أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ} “Apakah orang yang dihiasi perbuatannya yang buruk (oleh setan) lalu ia menganggap perbuatannya itu baik, (sama dengan dengan orang yang tidak diperdaya setan?), maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya” (QS Faathir:8). Sumber ketenangan dan penghilang kesusahan yang hakiki Setiap orang yang beriman kepada Allah Ta’ala wajib meyakini bahwa sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang hakiki adalah dengan berzikir kepada kepada Allah Ta’ala, membaca al-Qur’an, berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang maha Indah, dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman: {الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ} “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS ar-Ra’du:28). Artinya: dengan berzikir kepada Allah Ta’ala segala kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan kegembiraan dan kesenangan[3]. Bahkan tidak ada sesuatupun yang lebih besar mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan bagi hati manusia melebihi berzikir kepada Allah Ta’ala[4]. Salah seorang ulama salaf berkata: “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini”, maka ada yang bertanya: “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?”, Ulama ini menjawab: “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya”[5]. Inilah makna ucapan yang masyhur dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – : “Sesungguhnya di dunia ini ada jannnah (surga), barangsiapa yang belum masuk ke dalam surga di dunia ini maka dia tidak akan masuk ke dalam surga di akhirat nanti”[6]. Makna “surga di dunia” dalam ucapan beliau ini adalah kecintaan (yang utuh) dan ma’rifah (pengetahuan yang sempurna) kepada Allah Ta’ala (dengan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan cara baik dan benar) serta selalu berzikir kepada-Nya, yang dibarengi dengan perasaan tenang dan damai (ketika mendekatkan diri) kepada-Nya, serta selalu mentauhidkan (mengesakan)-Nya dalam kecintaan, rasa takut, berharap, bertawakkal (berserah diri) dan bermuamalah, dengan menjadikan (kecintaan dan keridhaan) Allah Ta’ala satu-satunya yang mengisi dan menguasai pikiran, tekad dan kehendak seorang hamba. Inilah kenikmatan di dunia yang tiada bandingannya yang sekaligus merupakan qurratul ‘ain (penyejuk dan penyenang hati) bagi orang-orang yang mencintai dan mengenal Allah Ta’ala[7]. Demikian pula jalan keluar dan penyelesaian terbaik dari semua masalah yang di hadapi seorang manusia adalah dengan bertakwa kepada Allah Ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya: {وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ} ”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (QS. ath-Thalaaq:2-3). Ketakwaan yang sempurna kepada Allah tidak mungkin dicapai kecuali dengan menegakkan semua amal ibadah, serta menjauhi semua perbuatan yang diharamkan dan dibenci oleh Allah Ta’ala[8]. Dalam ayat berikutnya Allah berfirman: {وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً} “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya” (QS. ath-Thalaaq:4). Artinya: Allah akan meringankan dan memudahkan (semua) urusannya, serta menjadikan baginya jalan keluar dan solusi yang segera (menyelesaikan masalah yang dihadapinya)[9]. Adapun semua bentuk zikir, wirid maupun shalawat yang tidak bersumber dari petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun banyak tersebar di masyarakat muslim, maka semua itu adalah amalan buruk dan tidak mungkin akan mendatangkan ketenangan yang hakiki bagi hati dan jiwa manusia, apalagi menjadi sumber penghilang kesusahan mereka. Karena semua perbuatan tersebut termasuk bid’ah[10] yang jelas-jelas telah diperingatkan keburukannya oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya semua perkara yang diada-adakan adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat, dan semua yang sesat (tempatnya) dalam neraka”[11]. Hanya amalan ibadah yang bersumber dari petunjuk al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa membersihkan hati dan mensucikan jiwa manusia dari noda dosa dan maksiat yang mengotorinya, yang dengan itulah hati dan jiwa manusia akan merasakan ketenangan dan ketentraman. Allah Ta’ala berfirman: {لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ} “Sungguh Allah telah memberi karunia (yang besar) kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mensucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur-an) dan Al Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Rasul) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS. Ali ‘Imraan:164). Makna firman-Nya “mensucikan (jiwa) mereka” adalah membersihkan mereka dari keburukan akhlak, kotoran jiwa dan perbuatan-perbuatan jahiliyyah, serta mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya (hidayah Allah Ta’ala)[12]. Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ} “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu (al-Qur’an) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada (hati manusia), dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS Yuunus:57). Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan perumpaan petunjuk dari Allah I yang beliau bawa seperti hujan baik yang Allah Ta’ala turunkan dari langit, karena hujan yang turun akan menghidupkan dan menyegarkan tanah yang kering, sebagaimana petunjuk Allah Ta’ala akan menghidupkan dan menentramkan hati manusia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya perumpaan bagi petunjuk dan ilmu yang Allah wahyukan kepadaku adalah seperti air hujan (yang baik) yang Allah turunkan ke bumi…”[13]. Ketenangan Batin yang Palsu Kalau ada yang berkata: Realitanya di lapangan banyak kita dapati orang-orang yang mengaku merasakan ketenangan dan ketentraman batin (?) setelah mengamalkan zikir-zikir, wirid-wirid dan shalawat-shalawat bid’ah lainnya. Jawabannya: Kenyataan tersebut di atas tidak semua bisa diingkari, meskipun tidak semua juga bisa dibenarkan, karena tidak sedikit kebohongan yang dilakukan oleh para penggemar zikir-zikir/wirid-wirid bid’ah tersebut untuk melariskan dagangan bid’ah mereka. Kalaupun pada kenyataannya ada yang benar-benar merasakan hal tersebut di atas, maka dapat dipastikan bahwa itu adalah ketenangan batin yang palsu dan semu, karena berasal dari tipu daya setan dan tidak bersumber dari petunjuk Allah Ta’ala. Bahkan ini termasuk perangkap setan dengan menghiasi amalan buruk agar telihat indah di mata manusia. Allah Ta’ala berfirman: {أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ} “Apakah orang yang dihiasi perbuatannya yang buruk (oleh setan) lalu ia menganggap perbuatannya itu baik, (sama dengan dengan orang yang tidak diperdaya setan?), maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya” (QS Faathir:8). Artinya: setan menghiasi perbuatan mereka yang buruk dan rusak, serta mengesankannya baik dalam pandangan mata mereka[14]. Dalam ayat lain Dia Ta’ala berfirman: {وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا} “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari kalangan) manusia dan (dari kalangan) jin, yang mereka satu sama lain saling membisikkan perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia)” (QS al-An’aam:112). Artinya: para setan menghiasi amalan-amalan buruk bagi manusia untuk menipu dan memperdaya mereka[15]. Demikianlah gambaran ketenangan batin palsu yang dirasakan oleh orang-orang yang mengamalkan zikir-zikir/wirid-wirid bid’ah, yang pada hakekatnya bukan ketenangan batin, tapi merupakan tipu daya setan untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah Ta’ala, dengan mengesankan pada mereka bahwa perbuatan-perbuatan tersebut baik dan mendatangkan ketentraman batin. Bahkan sebagian mereka mengaku merasakan kekhusyuan hati yang mendalam ketika membaca zikir-zikir/wirid-wirid bid’ah tersebut melebihi apa yang mereka rasakan ketika membaca dan mengamalkan zikir-zikir/wirid-wirid yang bersumber dari wahyu Allah Ta’ala. Padahal semua ini justru merupakan bukti nyata kuatnya kedudukan dan tipu daya setan bersarang dalam diri mereka. Karena bagaimana mungkin setan akan membiarkan manusia merasakan ketenangan iman dan tidak membisikkan was-was dalam hatinya? Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah membuat perumpaan hal ini[16] dengan seorang pencuri yang ingin mengambil harta orang. Manakah yang akan selalu diintai dan didatangi oleh pencuri tersebut: rumah yang berisi harta dan perhiasan yang melimpah atau rumah yang kosong melompong bahkan telah rusak? Jawabnya: jelas rumah pertama yang akan ditujunya, karena rumah itulah yang bisa dicuri harta bendanya. Adapun rumah yang pertama, maka akan “aman” dari gangguannya karena tidak ada hartanya, bahkan mungkin rumah tersebut merupakan lokasi yang strategis untuk dijadikan tempat tinggal dan sarangnya. Demikinlah keadaan hati manusia, hati yang dipenuhi tauhid dan keimanan yang kokoh kepada Allah Ta’ala, karena selalu mengamalkan petunjuk-Nya, akan selalu diintai dan digoda setan untuk dicuri keimanannya, sebagaiamana rumah yang berisi harta akan selalu diintai dan didatangi pencuri. Oleh karena itu, dalam sebuah hadits shahih, ketika salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku membisikkan (dalam) diriku dengan sesuatu (yang buruk dari godaan setan), yang sungguh jika aku jatuh dari langit (ke bumi) lebih aku sukai dari pada mengucapkan/melakukan keburukan tersebut. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar, segala puji bagi Allah yang telah menolak tipu daya setan menjadi was-was (bisikan dalam jiwa)”[17]. Dalam riwayat lain yang semakna, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Itulah (tanda) kemurnian iman”[18]. Dalam memahami hadits yang mulia ini ada dua pendapat dari para ulama: - Penolakan dan kebencian orang tersebut terhadap keburukan yang dibisikkan oleh setan itulah tanda kemurnian iman dalam hatinya - Adanya godaan dan bisikkan setan dalam jiwa manusia itulah tanda kemurnian iman, karena setan ingin merusak iman orang tersebut dengan godaannya[19]. Adapun hati yang rusak dan kosong dari keimanan karena jauh dari petunjuk Allah Ta’ala, maka hati yang gelap ini terkesan “tenang” dan “aman” dari godaan setan, karena hati ini telah dikuasai oleh setan, dan tidak mungkin “pencuri akan mengganggu dan merampok di sarangnya sendiri”. Inilah makna ucapan sahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, ketika ada yang mengatakan kepada beliau: Sesungguhnya orang-orang Yahudi menyangka bahwa mereka tidak diganggu bisikan-bisikan (setan) dalam shalat mereka. Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Apa yang dapat dikerjakan oleh setan pada hati yang telah hancur berantakan?”[20]. Nasehat dan Penutup Tulisan ringkas ini semoga menjadi motivasi bagi kaum muslimin untuk meyakini indahnya memahami dan mengamalkan petunjuk Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang hanya dengan itulah seorang hamba bisa meraih kebahagiaan dan ketenangan jiwa yang hakiki dalam kehidupannya. Allah Ta’ala berfirman: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ} “Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan)[21] hidup bagimu” (QS al-Anfaal:24). Imam Ibnul Qayyim – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – berkata: “(Ayat ini menunjukkan) bahwa kehidupan yang bermanfaat (indah) hanyalah didapatkan dengan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka barangsiapa yang tidak memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya maka dia tidak akan merasakan kehidupan (yang bahagia dan indah)…Maka kehidupan baik (bahagia) yang hakiki adalah kehidupan seorang yang memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya secara lahir maupun batin”[22]. وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين Kota Kendari, 23 Syawwal 1431 H Abdullah bin Taslim al-Buthoni Artikel ibnuabbaskendari.wordpress.com dan dipublikasikan oleh http://salafiyunpad.wordpress.com Catatan Kaki: [1] Lihat ucapan imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab beliau “I’laamul muwaqqi’iin” (4/118). [2] Dinukil oleh imam asy-Syaathibi dalam kitab “al-I’tishaam” (1/106 – Tahqiiq Syaikh Salim al-Hilali hafidhahullah). [3] Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 417). [4] Ibid. [5] Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/72). [6] Dinukil oleh murid beliau Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “al-Waabilush shayyib” (hal 69). [7] Lihat kitab “al-Waabilush shayyib” (hal. 69). [8] Lihat penjelasan Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah dalam “Jaami’ul uluumi wal hikam” (hal. 197). [9] Tafsir Ibnu Katsir (4/489). [10] Semua perbuatan yang diada-adakan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. [11] HSR Muslim (no. 867), an-Nasa-i (no. 1578) dan Ibnu Majah (no. 45). [12] Lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (1/267). [13] HSR Al Bukhari (no. 79) dan Muslim (no. 2282). [14] Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 685). [15] Lihat kitab “Ma’aalimut tanziil” (3/180). [16] Dalam kitab beliau “al-Waabilush shayyib” (hal. 40-41). [17] HR Ahmad (1/235) dan Abu Dawud (no. 5112). [18] HSR Mualim (no. 132). [19] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “al-Fawaa-id” (hal. 174). [20] Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab beliau “al-Waabilush shayyib” (hal. 41). [21] Lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (4/34). [22] Kitab “al-Fawa-id” (hal. 121- cet. Muassasatu ummil qura’).

Read More..

Menjadi sukses adalah impian semua orang. Tentunya untuk itu diperlukan motivasi yang kuat untuk mengatasi tantangan untuk mencapai apa yang Anda inginkan. Motivasi ini harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri. Anda bisa saja membaca ratusan buku atau pergi ke puluhan seminar untuk memperoleh suntikan motivasi, namun hal yang sering terjadi adalah kenaikan emosi sesaat untuk berubah. Barangkali ini bertahan satu atau dua minggu dan setelah itu Anda merasa semuanya kembali menjadi biasa-biasa saja seperti kondisi yang lama. Pernahkah merasa begitu? “Motivasi adalah pohon yang Anda siram dengan kedisiplinan diri” Bagaimana caranya supaya Anda tetap termotivasi untuk bekerja mencapai tujuan yang diinginkan? Intinya motivasi adalah seni berkomunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi ini melibatkan perasaan yang Anda rasakan melalui emosi yang muncul. Lantas apa bedanya antara perasaan dan emosi? Contohnya begini, jika Anda merasa bersalah maka emosi yang muncul bisa ketakutan dihakimi, ingin melarikan diri, dsb. Jika Anda merasa bahagia, emosinya bisa berupa keceriaan, kegembiraan, keinginan berbagi, dsb. Emosi timbul sebagai akibat dari perasaan yang terjadi didalam diri. Jadi sebetulnya mudah untuk hidup termotivasi. Kuncinya adalah rasakan hal-hal yang membahagiakan dan bayangkan kesuksesan yang akan Anda raih. Saya jamin Anda akan termotivasi untuk bekerja. Selain itu ada beberapa tips yang ingin saya berikan agar Anda bisa termotivasi kapanpun dan dimanapun: 1. Selalu konsisten Kemudahan timbul dari kebiasaan. Motivasi pun sama. Ia memerlukan kedisiplinan sehingga Anda terbiasa hidup dengan motivasi. Ada ungkapan bagus yang mengatakan, “Sesuatu yang Anda ulangi tiap hari selama 21 hari akan menjadi kebiasaan”. Saya anjurkan Anda untuk mempraktekkannya. Mulai dengan hal yang sederhana seperti tersenyum dihadapan cermin, mengatakan “Yes” sebelum bekerja, dan banyak lagi. 2. Bertanggung jawab Anda perlu seseorang yang bersedia mengingatkan Anda untuk tetap berada di tujuan. Ia bertugas memberikan dukungan dan menjadi mitra bertukar pikiran bagi ide dan gagasan yang Anda punya. Dari sini Anda akan merasa bertanggung jawab untuk memberikan yang terbaik baginya. Proses mencapai tujuan menjadi lebih mudah dengan hadirnya seseorang yang menjadi cermin diri Anda. 3. Kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang bervisi sama Kalau Anda mau menurunkan berat badan, pastikan Anda bersama teman-teman yang mempunyai tujuan sama. Kalau Anda ingin membangun bisnis, bertemanlah dengan orang-orang yang sudah berkecimpung di dunia bisnis atau mereka yang mau memulai bisnis. Anda bisa memperoleh energi dan motivasi dari mereka. Akan sangat mudah untuk termotivasi ketika Anda memperoleh support. Apa yang Anda rasakan sebagai rintangan ketika bekerja sendiri bisa teratasi dengan bantuan dan dukungan teman-teman yang bervisi sama. 4. Fokus pada proses, bukan tujuan Ini yang sangat penting. Seringkali Anda turun mental ketika dihadapkan pada kesulitan mencapai tujuan. Fokuslah pada proses. Setiap proses memerlukan waktu. Entah cepat, entah lambat. Tujuan Anda sudah jelas, namun perjalanan menuju kesana bisa berliku dan naik turun. Dengan fokus pada proses Anda terhindar dari beban mental karena sekarang Anda memegang kendali atas proses itu sendiri, bukan dikendalikan oleh target untuk mencapai tujuan. Sekarang Anda lebih tahu bahwa motivasi merupakan kunci untuk meraih sukses. Yang Anda perlukan sekarang adalah kemauan kuat untuk menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Seperti apa kata pepatah “Ada kemauan ada jalan”. Selamat mengerjakan dan jangan lupa hargai diri Anda disetiap momen keberhasilan sekecil apapun itu.

Read More..

Teman.. Ketika hati sedang gundah gulana, dan tatkala hati itu sedang dirudung sebuah bencana kegelisahan dan keresahan, maka kemanakah kamu akan meminta pertolongan? Jin? Syetan, Ataukah kepada manusia lainnya? Laa Haula walaa Quwwata Illa biLlaah..( tiada kekuatan melainkan kekuatan-Nya ), lalu apakah patut kamu untuk mengambil penolong selain Allah dan ‘orang-orang yang beriman’. So, kamu udah tahu kan apa akhirnya.. yaitu KEMBALILAH KEPADA ALLAH. Ya itu adalah solusi sebaik-baiknya, seiringan dengan ‘teman’ (orang-orang yang beriman). Entah kenapa hati itu kadang terasa gelisah dengan sendirinya, seolah-olah ada sesuatu hal yang sedang disesalkan atau tidak disenangi. Bisa jadi itu adalah bisikan dari syetan atau bisa jadi juga itu adalah sebuah insting akan sebuah perasaan yang berkaitan erat dengan persahabatan dan persaudaraan? Sewaktu hati itu sedang gelisah akan sesuatu polemik yang dihadapi, carilah ‘sandaran hati’ duniamu dan akhiratmu. ‘Sandaran’ yang mampu membuat kamu berlapang, berbagi dan saling merasakan. Dan apakah kamu tahu kemana sandaran itu harus kamu cari? Selain kepada Allah dan orang-orang yang beriman? Sobat.. Di sini kita cuma punya dua sandaran, yaitu : 1. Allah Ar Rahmaan, ar Rahiim, Dialah Allah Tuhan yang memiliki segala sesuatunya. Baik itu yang tanpak maupun yang tersembunyi, baik yang jelas maupun yang samar. Dialah penguasa hati, penguasa jiwa dan penguasa semuanya. Allah..Dialah sandaran hati yang paling utama. Saat engkau dilukai, tersakiti dan merasa tersendiri, maka datanglah kepada-Nya. Rasakan dengan perasaanmu bahwa Ia sedang melihat dan mendengar keluhanmu dan yakinlah kalau Allah akan selalu menemani dan bersamamu dikala itu. Ingatlah!.. ketika engkau dirudung kegelisahan, kegundahan dan ketersendirian, dan ketika itu pula tiada bagimu tempat berbagi dan saling merasa, maka carilah Ia. Temuilah Ia diwaktu sepimu dan ceritakanlah semuanya kepada-Nya apa yang telah terjadi.. niscaya dengan keikhlasanmu Ia akan selalu mendengar dan memenuhi segala kegalauan dan pintamu. Walau kasih sayang dan kebersamaan-Nya tidak tanpak dengan mata, tidak terdengar oleh telinga dan tidak tercium oleh hidungmu, namun rasa cinta-Nya akan bisa engkau rasakan hanya bila engkau merasakan dengan hati dan perasaanmu. Wahai sobatku.. bangkitlah dan lupakan apa yang sedang kamu putus asakan. Katakan pada-Nya “Tiada Tuhan selain Engkau, hanya kepada Engkaulah Hamba menyembah dan kepada Engkau jua hamba meminta pertolongan, Engkaulah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang” dan sungguh kamu tiada sendirian hidup di dunia-Nya ini. Pernah suatu kali seekor cacing mengeluh dan merasa risih, ia bertanya kepada ibunya,”Bu, kenapa kita diciptakan sebagai makhluk yang lemah dan menjijikkan yang tiada berguna?” Kemudian ibunya tersenyum seraya menjawab, “Nak…tingginya derajat dan besarnya harga tidaklah dapat kamu ukur dari sisi itu, namun ukurlah dari sisi “Sudah berapa banyak kebaikan kamu kepada orang lain?, Engkau lunak tapi keras, engkau menjijikkan tapi setiap potong tubuhmu diperlukan oleh para nelayan, engkau lamban, namun keberadaanmu diperhitungkan oleh petani-petani. Sobat… Kembalilah pada-Nya ketika kamu merasa tiada guna. Kembalilah kepada-Nya ketika kamu ditimpa kegalauan dan gundah. Kerena engkau dengan keikhlasan dan kesabaranmu adalah yang terbaik bagi-Nya dan Dia akan selalu mendengar dan tersenyum melihat kearahmu, ketika kamu datang untuk berbagi cerita dan air mata.. di dalam do’a-do’amu. Ikhlaslah teman dan bersabarlah.. karena Allah selalu akan menemanimu. Dan sandaran setelah Allah itu adalah : 2. Manusia diantara orang Mukmin “Raihlah Akhiratmu tapi jangan tinggalkan duniamu”, ya.. kira-kira seperti itulah sebuah prinsip untuk menjalani hidup. “Sandaran Hati” terbaik setelah Allah itu adalah manusia, di sana kamu akan dapat saling berbagi dan bercerita, di sana kamu akan dapat saling mengerti, memandang dan berbicara dan di sana pula kamu akan menemukan arti dari seorang ‘teman’. Teman di kala suka dan duka, di kala kamu dihempa rasa sepi dan gundah gulana. Maka temuilah temanmu dan berbagilah tentang kegundahanmu. Teman yang baik adalah teman yang tidak akan meninggalkanmu di waktu susah dan tiada akan “datang” di waktu kamu senang. Karena ia akan selalu menemanimu dalam susah dan senang duniamu. Maka carilah seorang teman, yang benar-benar bisa menjadi teman. Kebanyakan mereka terdapat di antara hamba-hamba-Nya diantara orang-orang mukmin yang beriman. Apakah kamu tahu, siapakah itu teman? Ia adalah seorang yang bisa menjadi obat hati di waktu hati itu gundang, menjadi kepercayaan di waktu kita butuh ‘luapan hati’, dan mejadi motivasi bagi diri dalam menempuh manis pahitnya dunia. Namun.. waspadalah dan berhati-hatilah dalam memilih teman, karena tidak semua teman adalah ‘teman’. Jangan sampai terkecoh dan tersedot dengan bujuk rayu dan “kasih” mereka serta kegombalan dan kata-kata manis yang dusta. Karena hal itu hanya akan membuat kamu lebih terpojok dan tertekan hingga kamu tiada lagi bisa merasakan kenikmatan duniamu ini. Sobat… Pernahkah kamu berfikir kenapa banyak remaja yang nekat sekali untuk mengakhiri hidup mereka alias bunuh diri? Memang bukan hanya remaja yang berpotensi untuk melakukan perihal yang dibeci Allah ini. Melainkan bisa terjadi pada semua orang, kecil, muda, maupun tua. Namun tidak bisa kita pungkiri bahwasanya polemic dan problem yang memicu terjadinya hal ini banyak terdapat pada diri remaja. Seseorang mengakhiri hidupnya dengan seutas tali hanya karena mendengarkan kata “Aku tidak suka kamu” dari mulut sang ‘kekasih’nya. Seorang anak yang masih kecil nekat untuk melompat dari lantai tiga rumahnya, karena tidak dibelikan sepeda oleh orang tuanya. Seorang kakek-kakek menghembuskan nafas terakhirnya setelah ia meminum sebotol obat nyamuk karena ia merasa tidak lagi mendapat perhatian. Kiranya seperti itulah contoh-contoh yang pernah kita dengar dan saksikan. Masalah mereka kecil tapi mengapa harus melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah? Klo githu….Mari kita lihat lebih dalam: a. Seorang ABG gantung diri karena kecewa dengan sang ‘pacar’ Yah… seorang ABG atau lebih umumnya kita sebut dengan remaja tidaklah terlepas dari sebuah perasaan, perasaan dari hati yang menimbulkan rasa suka, simpati, kagum, kasih dan sayang terhadap lawan jenisnya. Kadang ia suka cemburu dan perhatian sekali sama orang yang disayanginya. Ya..pokoknya perasaan seorang remaja sangat rentan, feminisme dan tipis. Dalam menjalani keremajaannya, seorang remaja itu kerap kali mendapat banyak tekanan dan berbagai macam perasaan (contohnya: diputusin pacar, makanya jangan pacaran..) dan hal inilah yang membuat remaja itu sering nekat dan melakukan tindakan bodoh dengan bunuh diri, katanya sih jalan pintas, (jalan pintas ke neraka kali ye..?:P) Barangkali kita semua tahu, jika balon itu terus ditiup, ditiup tanpa henti-henti akan meledak dengan sendirinya dan kalau hal itu terjadi apalagi membawa-bawa perasaan dan hati segala ya biasanya sih akan menghasilkan tindakan-tindakan nekat seperti halnya bunuh diri, he..he..he.. So, lantas apa solusi/jarum penusuk balon itu agar mengecil dan kemmmpees..?? CURHAT (Curahan Hati), itulah jarumnya, tapi kepada siapa? Nah..disinilah letak arti pentingnya seorang teman..!! Oh..kalau begitu Allah kita letakkan dimana dong?? OK friend, ada saatnya manusia itu merasa “kecewa dan putus asa” dengan nikmat Allah, karena mungkin juga ia lupa sama Tuhannya atau keinginannya tidak pernah terkabulkan. Klo githu jelas dong ia tidak mau ketemuan sama Tuhannya. Sebab itu… kunci terakhirnya adalah “teman”! teman yang mau dan bisa memberikan jalan keluar, yang mau menerima dan memahami, yang mau berbagi dan saling menasehati. “Hai friend..kamu nggak usah kecewa yah..ma Allah.karena Allah itu sayaaanggg… banget ma kita, Ia Cuma sedikit nguji kamu OK. Jadi jangan kwatir friend, ujian kamu itu semuanya juga untuk menaikkan derajat kemuliyaan kamu disisi-Nya. So, jangan kayak githu lhaa… santai aja dan fresh OK..kan masih ada saya your friend dan Tuhan kita Allah swt. Apa lagi semuanya itu pasti akan berlalu” He..he..he.. semoga semua orang bisa berteman dan menjadi teman seperti ini ya..?? agar peristiwa bunuh diri dan pelampiasan kekecewaan yang aneh-aneh tidak terjadi lagi ma kita remaja. Mm… kesimpulannya adalah seseorang, siapapun ia, butuh seseorang yang lain untuk dapat saling berbagi dan mengerti terutama saling menasehati. Jika tidak! coba dan lihat aja..klo nggak jadi gila, pasti tewas deh bunuh diri upss… itu aja pilihannya. Huh… paham nggak? He..he..he.. dipaste dari http://myukhuwah.blogspot.com/2007/04/ketika-hati-itu-merasa-gelisah.html

Read More..

Kerja otak yang maksimal tentunya membantu Anda dalam bekerja. Jadi, tugas Anda sebenarnya tak hanya menyelesaikan pekerjaan dengan baik setiap harinya. Anda juga perlu menjaga fungsi dan kerja otak agar tetap kreatif dan produktif di kantor. Pasalnya, fungsi dan kerja otak bisa menurun. Misalnya, Anda menjadi mudah lupa, kurang cermat dan teliti, serta mengalami berbagai gejala yang muncul karena kekurangan suplemen otak. Bicara nutrisi otak, Anda tak perlu bergantung pada obat atau zat kimia. Berikut tujuh cara sehat sederhana yang bisa membuat menajamkan otak Anda dan membantu Anda menjadi produktif di kantor: 1. Olahraga Seberapa sering Anda diingatkan untuk berolahraga? Imbauan, obrolan, hingga dorongan untuk berolahraga tentu sering kali Anda dengar. Namun, sudahkah dijalankan secara teratur? “Latihan fisik menjadi cara terbaik menjaga fungsi kognitif untuk mengimbangi pertambahan usia Anda,” kata Fred H Gage, PhD. Pernyataan dari seorang profesor yang juga spesialis penyakit neurodegenerative di Salk Institute, La Jolla, California, ini menjadi salah satu saja referensi tentang pentingnya olahraga. Penelitian yang dilakukan Gage menunjukkan, berolahraga secara signifikan bisa meningkatkan aliran darah ke hipokampus. Hipokampus adalah bagian dari otak besar yang terletak di lobus temporal. Bagian otak ini menghasilkan sel baru yang membantu pertumbuhan dan peningkatan mental seseorang. 2. Tiru cara makan orang Yunani Jika ingin otak Anda tetap bekerja baik, dengan kecerdasan berpikir sebagai hasilnya, jaga nutrisi dan pola makan Anda seperti cara orang Yunani. Orang Yunani sejak lama menerapkan pola makan ala Mediteranian. Wajar saja jika banyak ahli filsafat dengan kecerdasan tinggi lahir dari negeri Yunani. Menjalani diet Mediteranian artinya Anda mengonsumsi buah dan sayuran dalam jumlah besar, lemak baik seperti minyak zaitun, serta mengurangi konsumsi garam dan daging merah. Mereka yang menjalani diet Mediteranian mengurangi risiko penyakit Alzheimer, dengan tingkat risiko 40 persen lebih rendah. Demikian disebutkan dalam laporan penelitian dari Universitas Columbia. Penelitian lain menyebutkan, diet Mediteranian ini juga mengurangi risiko kehilangan daya ingat. Para pakar mengklaim, diet memiliki kekuatan sebagai antioksidan yang mampu melawan peradangan. 3. Bertualanglah! Ingin menjadi individu kreatif? Bertualanglah! Lakukan perjalanan ke berbagai kota atau negara yang belum pernah Anda singgahi. Berbaur dan mempelajari budaya asing atau baru bisa mendorong individu untuk menjadi lebih kreatif. Sebuah penelitian menunjukkan, mereka yang tinggal di luar negeri memiliki kemampuan yang jauh lebih baik dalam pekerjaan kreatif, seperti menggambar, menulis, dan juga lebih mampu dalam menyelesaikan masalah. “Mereka dituntut untuk selalu belajar dari berbagai hal yang sederhana,” kata penulis penelitian tersebut, William W Maddux, PhD, yang juga asisten profesor perilaku organisasi di sekolah bisnis di Fountainbleu, Perancis. Sebagai contoh, lanjut Maddux, kebiasaan menyisakan makanan di Amerika dianggap penghinaan, tetapi berbeda dengan di China, hal tersebut dianggap sopan. “Kemampuan untuk melihat sesuatu dari berbagai sisi dan perspektif yang berbeda, mendorong kita untuk meningkatkan kreativitas,” kata Maddux. Bertualang tak harus dengan menetap di negeri orang. Belajar bahasa asing dan menjadi pakar kuliner negeri orang juga bisa menjadi pilihan lain untuk mengembangkan diri. 4. Menjaga lemak tubuh Apa kaitannya indeks massa tubuh (body mass index) dengan kerja otak? Rasanya aneh, bahkan terkesan menghubung-hubungkan saja. Namun, sebuah studi menunjukkan keterkaitan antara lemak tubuh yang menimbulkan risiko penurunan daya ingat bagi perempuan, yang pada akhirnya menurunkan produktivitas kerja. “Lemak melepaskan sitokin (molekul yang membantu memicu respons sistem kekebalan tubuh-RED). Zat ini memproduksi hormon yang membahayakan sel-sel saraf,” papar penulis studi, Diana R Kerwin, MD, asisten profesor di Northwestern University Feinberg School of Medicine. Selanjutnya, Kerwin menyarankan perempuan perlu menjaga BMI pada level 20 – 24. Jadi, pastikan BMI Anda ideal. Artinya, menjaga lemak tubuh tetap normal dan menghindari obesitas. Seseorang dikatakan obesitas jika memiliki nilai BMI di atas 30. 5. Tidurlah dengan benar Tubuh Anda membutuhkan pasokan energi yang cukup untuk bisa tampil produktif. Untuk memastikan pasokan energi melimpah, tidurlah 7-8 jam setiap malam. Jangan pernah memaksakan diri bekerja tanpa istirahat yang cukup. Karena jika Anda terus-menerus tak memberi waktu untuk tidur pada malam hari dengan baik, esok hari Anda akan kehilangan fokus, dan tak mampu berpikir rasional. Mulai sekarang, berikan tubuh Anda hak untuk tidur pada malam hari lebih baik lagi. 6. Lakukan hal menyenangkan Lakukan hal baru yang menantang untuk meningkatkan kemampuan Anda. Seperti hobi memanjat, atau hal baru lainnya yang menyenangkan. Kebiasaan baru dan menyenangkan ini bisa menciptakan jalur saraf baru ke otak. Dengan begitu, pikiran Anda tetap tajam setiap waktu. Kuncinya, pilih aktivitas atau hobi baru yang menyenangkan. Jangan melakukan hobi baru yang hanya akan membuat Anda tertekan. “Semakin Anda menikmati sebuah aktivitas, Anda terpacu untuk terus menjalaninya,” jelas Yaakov Stern, PhD, profesor neuropsikologi klinis di Columbia University. 7. Batasi dan taklukkan pekerjaan Anda Multitasking sudah menjadi deskripsi kerja yang bisa dialami siapa saja sekarang ini. Namun, meski sukses mengerjakan berbagai pekerjaan dalam satu waktu, hasilnya cenderung tak akan maksimal. Kualitas kerja bisa menurun jika Anda melakukan berbagai hal yang tak ada kaitannya dengan pekerjaan dalam satu waktu. “Prefrontal cortec, daerah penting untuk pengolahan informasi, secara optimal dirancang untuk melakukan satu hal pada suatu waktu,” jelas Adam Gazzaley, MD, direktur Neuroscience Imaging Center, Universitas California, San Francisco. Dr Gazzaley menyarankan, jika pekerjaan Anda menuntut performa dan konsentrasi tinggi, maka singkirkanlah hal lain yang menganggu. Caranya, matikan situs jejaring sosial, e-mail, atau matikan ponsel (tentunya jika pekerjaan Anda tak ada kaitannya dengan fungsi berbagai alat ini). Segera setelah Anda menyelesaikan pekerjaan dengan sukses, bolehlah Anda update status Facebook atau melakukan hal lain yang tak terkait pekerjaan.

Read More..

posted in Munakahat & Keluarga, Muslimah, Untaian Nasehat | Penulis: Mazin bin Abdul Karim Al Farih Berikut ini sepuluh wasiat untuk wanita, untuk istri, untuk ibu rumah tangga dan ibunya anak-anak yang ingin menjadikan rumahnya sebagai pondok yang tenang dan tempat nan aman yang dipenuhi cinta dan kasih sayang, ketenangan dan kelembutan. Wahai wanita mukminah! Sepuluh wasiat ini aku persembahkan untukmu, yang dengannya engkau membuat ridla Tuhanmu, engau dapat membahagiakan suamimu dan engkau dapat menjaga tahtamu. Wasiat Pertama: Takwa kepada Allah dan menjauhi maksiat Bila engkau ingin kesengsaraan bersarang di rumahmu dan bertunas, maka bermaksiatlah kepada Allah!! Sesungguhnya kemaksiatan menghancurkan negeri dan menggoncangkan kerajaan. Maka janganlah engkau goncangkan rumahmu dengan berbuat maksiat kepada Allah dan jangan engkau seperti Fulanah yang telah bermaksiat kepada Allah… Maka ia berkata dengan menyesal penuh tangis setelah dicerai oleh sang suami: “Ketaatan menyatukan kami dan maksiat menceraikan kami…” Wahai hamba Allah… Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu dan menjaga untukmu suamimu dan rumahmu. Sesungguhnya ketaatan akan mengumpulkan hati dan mempersatukannya, sedangkan kemaksiatan akan mengoyak hati dan mencerai-beraikan keutuhannya. Karena itulah, salah seorang wanita shalihah jika mendapatkan sikap keras dan berpaling dari suaminya, ia berkata “Aku mohon ampun kepada Allah… itu terjadi karena perbuatan tanganku (kesalahanku)…” Maka hati-hatilah wahai saudariku muslimah dari berbuat maksiat, khususnya: - Meninggalkan shalat atau mengakhirkannya atau menunaikannya dengan cara yang tidak benar. Duduk di majlis ghibah dan namimah, berbuat riya’ dan sum’ah. - Menjelekkan dan mengejek orang lain. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan janganlah wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan).” (Al Hujuraat: 11) - Keluar menuju pasar tanpa kepentingan yang sangat mendesak dan tanpa didampingi mahram. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: أَحَبُّ الْبِلادِ إِلَى اللهِ مَسَاجِدُهُمْ وَأَبْغَضَ الْبِلادِ إِلَى اللهِ أَسْوَاقُهُمْ “Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan negeri yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya.”1 - Mendidik anak dengan pendidikan barat atau menyerahkan pendidikan anak kepada para pembantu dan pendidik-pendidik yang kafir. - Meniru wanita-wanita kafir. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ “Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.”2 - Menyaksikan film-film porno dan mendengarkan nyanyian. - Membaca majalah-majalah lawakan/humor. - Membiarkan sopir dan pembantu masuk ke dalam rumah tanpa kepentingan mendesak. - Membiarkan suami dalam kemaksiatannya.3 - Bersahabat dengan wanita-wantia fajir dan fasik. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ “Seseorang itu menurut agama temannya.”4 - Tabarruj (pamer kecantikan) dan sufur (membuka wajah) Wasiat kedua: Berupaya mengenal dan memahami suami Hendaknya seorang istri berupaya memahami suaminya. Ia tahu apa yang disukai suami maka ia berusaha memenuhinya. Dan ia tahu apa yang dibenci suami maka ia berupaya untuk menjauhinya, dengan catatan selama tidak dalam perkara maksiat kepada Allah, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al Khaliq (Allah Ta`ala). Berikut ini dengarkanlah kisah seorang istri yang bijaksana yang berupaya memahami suaminya. Berkata sang suami kepada temannya: “Selama dua puluh tahun hidup bersama belum pernah aku melihat dari istriku perkara yang dapat membuatku marah.” Maka berkata temannya dengan heran: “Bagaimana hal itu bisa terjadi.” Berkata sang suami: “Pada malam pertama aku masuk menemui istriku, aku mendekat padanya dan aku hendak menggapainya dengan tanganku, maka ia berkata: ‘Jangan tergesa-gesa wahai Abu Umayyah.’ Lalu ia berkata: ‘Segala puji bagi Allah dan shalawat atas Rasulullah… Aku adalah wanita asing, aku tidak tahu tentang akhlakmu, maka terangkanlah kepadaku apa yang engkau sukai niscaya aku akan melakukannya dan apa yang engkau tidak sukai niscaya aku akan meninggalkannya.’ Kemudian ia berkata: ‘Aku ucapkan perkataaan ini dan aku mohon ampun kepada Allah untuk diriku dan dirimu.’” Berkata sang suami kepada temannya: “Demi Allah, ia mengharuskan aku untuk berkhutbah pada kesempatan tersebut. Maka aku katakan: ‘Segala puji bagi Allah dan aku mengucapkan shalawat dan salam atas Nabi dan keluarganya. Sungguh engkau telah mengucapkan suatu kalimat yang bila engkau tetap berpegang padanya, maka itu adalah kebahagiaan untukmu dan jika engkau tinggalkan (tidak melaksanakannya) jadilah itu sebagai bukti untuk menyalahkanmu. Aku menyukai ini dan itu, dan aku benci ini dan itu. Apa yang engkau lihat dari kebaikan maka sebarkanlah dan apa yang engkau lihat dari kejelekkan tutupilah.’ Istri berkata: ‘Apakah engkau suka bila aku mengunjungi keluargaku?’ Aku menjawab: ‘Aku tidak suka kerabat istriku bosan terhadapku’ (yakni si suami tidak menginginkan istrinya sering berkunjung). Ia berkata lagi: ‘Siapa di antara tetanggamu yang engkau suka untuk masuk ke rumahmu maka aku akan izinkan ia masuk? Dan siapa yang engkau tidak sukai maka akupun tidak menyukainya?’ Aku katakan: ‘Bani Fulan adalah kaum yang shaleh dan Bani Fulan adalah kaum yang jelek.’” Berkata sang suami kepada temannya: “Lalu aku melewati malam yang paling indah bersamanya. Dan aku hidup bersamanya selama setahun dalam keadaan tidak pernah aku melihat kecuali apa yang aku sukai. Suatu ketika di permulaan tahun, tatkala aku pulang dari tempat kerjaku, aku dapatkan ibu mertuaku ada di rumahku. Lalu ibu mertuaku berkata kepadaku: ‘Bagaimana pendapatmu tentang istrimu?’” Aku jawab: “Ia sebaik-baik istri.” Ibu mertuaku berkata: “Wahai Abu Umayyah.. Demi Allah, tidak ada yang dimiliki para suami di rumah-rumah mereka yang lebih jelek daripada istri penentang (lancang). Maka didiklah dan perbaikilah akhlaknya sesuai dengan kehendakmu.” Berkata sang suami: “Maka ia tinggal bersamaku selama dua puluh tahun, belum pernah aku mengingkari perbuatannya sedikitpun kecuali sekali, itupun karena aku berbuat dhalim padanya.”5 Alangkah bahagia kehidupannya…! Demi Allah, aku tidak tahu apakah kekagumanku tertuju pada istri tersebut dan kecerdasan yang dimilikinya? Ataukah tertuju pada sang ibu dan pendidikan yang diberikan untuk putrinya? Ataukah terhadap sang suami dan hikmah yang dimilikinya? Itu adalah keutamaan Allah yang diberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Wasiat ketiga: Ketaatan yang nyata kepada suami dan bergaul dengan baik Sesungguhnya hak suami atas istrinya itu besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: لَوْ كُنْتُ آمِرَا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا “Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.”6 Hak suami yang pertama adalah ditaati dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah dan baik dalam bergaul dengannya serta tidak mendurhakainya. Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: إِثْنَانِ لا تُجَاوِزُ صَلاتُهُمَا رُؤُوْسُهُمَا: عَبْدٌ آبَق مِنْ مَوَالِيْهِ حَتَّى يَرْجِعَ وَامْرَأَةٌ عَصَتْ زَوْجَهَا حَتَّى تَرْجِعَ “Dua golongan yang shalatnya tidak akan melewati kepalanya, yaitu budak yang lari dari tuannya hingga ia kembali dan istri yang durhaka kepada suaminya hingga ia kembali.”7 Karena itulah Aisyah Ummul Mukminin berkata dalam memberi nasehat kepada para wanita: “Wahai sekalian wanita, seandainya kalian mengetahui hak suami-suami kalian atas diri kalian niscaya akan ada seorang wanita di antara kalian yang mengusap debu dari kedua kaki suaminya dengan pipinya.”8 Engkau termasuk sebaik-baik wanita!! Dengan ketaatanmu kepada suamimu dan baiknya pergaulanmu terhadapnya, engkau akan menjadi sebaik-baik wanita, dengan izin Allah. Pernah ada yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wanita bagaimanakah yang terbaik?” Beliau menjawab: اَلَّتِى تَسِرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلا تُخَالِفُهُ فِيْ نَفْسِهَا وَلا مَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ “Yang menyenangkan suami ketika dipandang, taat kepada suami jika diperintah dan ia tidak menyalahi pada dirinya dan hartanya dengan yang tidak disukai suaminya.” (Isnadnya hasan) Ketahuilah, engkau termasuk penduduk surga dengan izin Allah, jika engkau bertakwa kepada Allah dan taat kepada suamimu, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: اَلْمَرْأَةُ إِذَا صَلَّتْ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَأَحْصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، فَلْتَدْخُلُ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ “Bila seorang wanita shalat lima waktu, puasa pada bulan Ramadlan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.”9 Wasiat keempat: Bersikap qana’ah (merasa cukup) Kami menginginkan wanita muslimah ridla dengan apa yang diberikan (suami) untuknya baik itu sedikit ataupun banyak. Maka janganlah ia menuntut di luar kesanggupan suaminya atau meminta sesuatu yang tidak perlu. Dalam riwayat disebutkan “Wanita yang paling besar barakahnya.” Wahai siapa gerangan wanita itu?! Apakah dia yang menghambur-hamburkan harta menuruti selera syahwatnya dan mengenyangkan keinginannya? Ataukah dia yang biasa mengenakan pakaian termahal walau suaminya harus berhutang kepada teman-temannya untuk membayar harganya?! Sekali-kali tidak… demi Allah, namun (mereka adalah): أَعْظَمُ النِّسَاءِ بَرَكَةٌ، أَيْسَرُّهُنَّ مُؤْنَةً “Wanita yang paling besar barakahnya adalah yang paling ringan maharnya.”10 Renungkanlah wahai suadariku muslimah adabnya wanita salaf radliallahu ‘anhunna… Salah seorang dari mereka bila suaminya hendak keluar rumah ia mewasiatkan satu wasiat padanya. Apa wasiatnya? Ia berkata kepada sang suami: “Hati-hatilah engkau wahai suamiku dari penghasilan yang haram, karena kami bisa bersabar dari rasa lapar namun kami tidak bisa sabar dari api neraka…” Adapun sebagian wanita kita pada hari ini apa yang mereka wasiatkan kepada suaminya jika hendak keluar rumah?! Tak perlu pertanyaan ini dijawab karena aku yakin engkau lebih tahu jawabannya dari pada diriku. Wasiat kelima: Baik dalam mengatur urusan rumah, seperti mendidik anak-anak dan tidak menyerahkannya pada pembantu, menjaga kebersihan rumah dan menatanya dengan baik dan menyiapkan makan pada waktunya. Termasuk pengaturan yang baik adalah istri membelanjakan harta suaminya pada tempatnya (dengan baik), maka ia tidak berlebih-lebihan dalam perhiasan dan alat-alat kecantikan. Renungkanlah semoga Allah menjagamu, kisah seorang wanita, istri seorang tukang kayu… Ia bercerita: “Jika suamiku keluar mencari kayu (mengumpulkan kayu dari gunung) aku ikut merasakan kesulitan yang ia temui dalam mencari rezki, dan aku turut merasakan hausnya yang sangat di gunung hingga hampir-hampir tenggorokanku terbakar. Maka aku persiapkan untuknya air yang dingin hingga ia dapat meminumnya jika ia datang. Aku menata dan merapikan barang-barangku (perabot rumah tangga) dan aku persiapkan hidangan makan untuknya. Kemudian aku berdiri menantinya dengan mengenakan pakaianku yang paling bagus. Ketika ia masuk ke dalam rumah, aku menyambutnya sebagaimana pengantin menyambut kekasihnya yang dicintai, dalam keadaan aku pasrahkan diriku padanya… Jika ia ingin beristirahat maka aku membantunya dan jika ia menginginkan diriku aku pun berada di antara kedua tangannya seperti anak perempuan kecil yang dimainkan oleh ayahnya.” Wasiat keenam: Baik dalam bergaul dengan keluarga suami dan kerabat-kerabatnya, khususnya dengan ibu suami sebagai orang yang paling dekat dengannya. Wajib bagimu untuk menampakkan kecintaan kepadanya, bersikap lembut, menunjukkan rasa hormat, bersabar atas kekeliruannya dan engkau melaksanakan semua perintahnya selama tidak bermaksiat kepada Allah semampumu. Berapa banyak rumah tangga yang masuk padanya pertikaian dan perselisihan disebabkan buruknya sikap istri terhadap ibu suaminya dan tidak adanya perhatian akan haknya. Ingatlah wahai hamba Allah, sesungguhnya yang bergadang dan memelihara pria yang sekarang menjadi suamimu adalah ibu ini, maka jagalah dia atas kesungguhannya dan hargailah apa yang telah dilakukannya. Semoga Allah menjaga dan memeliharamu. Maka adakah balasan bagi kebaikan selain kebaikan? Wasiat ketujuh: Menyertai suami dalam perasaannya dan turut merasakan duka cita dan kesedihannya. Jika engkau ingin hidup dalam hati suamimu maka sertailah dia dalam duka cita dan kesedihannya. Aku ingin mengingatkan engkau dengan seorang wanita yang terus hidup dalam hati suaminya sampaipun ia telah meninggal dunia. Tahun-tahun yang terus berganti tidak dapat mengikis kecintaan sang suami padanya dan panjangnya masa tidak dapat menghapus kenangan bersamanya di hati suami. Bahkan ia terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya dalam ujian, kesulitan dan musibah yang dihadapi. Sang suami terus mencintainya dengan kecintaan yang mendatangkan rasa cemburu dari istri yang lain, yang dinikahi sepeninggalnya. Suatu hari istri yang lain itu (yakni Aisyah radliallahu ‘anha) berkata: مَا غِرْتُ عَلَى امْرَأَةٍ لِلنَّبِيِّ؟ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيْجَةَ هَلَكَتْ قَبْلَ أَنْ يَتَزَوَّجَنِي، لَمَّا كُنْتُ أَسْمَعُهُ يَذْكُرُهَا “Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal ia meninggal sebelum beliau menikahiku, mana kala aku mendengar beliau selalu menyebutnya.”11 Dalam riwayat lain: مَا غِرْتُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيْجَةَ وَمَا رَأَيْتُهَا وَلَكِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا “Aku tidak pernah cemburu kepada seorangpun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak menyebutnya.”12 Suatu kali Aisyah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau menyebut Khadijah: كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ فِي الدُّنْيَا امْرَأَةٌ إِلا خَدِيْجَةُ فَيَقُولُ لَهَا إِنَّهَا كَانَتْ وَكَانَتْ “Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah?!” Maka beliau berkata kepada Aisyah: ‘Khadijah itu begini dan begini.’”13 Dalam riwayat Ahmad pada Musnadnya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “begini dan begini” (dalam hadits diatas) adalah sabda beliau: آمَنَتْبِي حِيْنَ كَفَرَ النَّاسُ وَصَدَّقَتْنِي إِذْكَذَّبَنِي النَّاسُ رَوَاسَتْنِي بِمَالِهَا إِذْحَرَمَنِي النَّاسُ وَرَزَقَنِي اللهُ مِنْهَا الوَلَد “Ia beriman kepadaku ketika semua orang kufur, ia membenarkan aku ketika semua orang mendustakanku, ia melapangkan aku dengan hartanya ketika semua orang meng-haramkan (menghalangi) aku dan Allah memberiku rezki berupa anak darinya.”14 Dialah Khadijah yang seorangpun tak akan lupa bagaimana ia mengokohkan hati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan memberi dorongan kepada beliau. Dan ia menyerahkan semua yang dimilikinya di bawah pengaturan beliau dalam rangka menyampaikan agama Allah kepada seluruh alam. Seorangpun tidak akan lupa perkataannya yang masyhur yang menjadikan Nabi merasakan tenang setelah terguncang dan merasa bahagia setelah bersedih hati ketika turun wahyu pada kali yang pertama: وَاللهُ لا يُخْزِيْكَ اللهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُوْمَ وَتُعِيْنُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau menyambung silaturahmi, menanggung orang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.”15 Jadilah engkau wahai saudari muslimah seperi Khadijah, semoga Allah meridhainya dan meridlai kita semua. Wasiat kedelapan: Bersyukur (berterima kasih) kepada suami atas kebaikannya dan tidak melupakan keutamaanya. Siapa yang tidak tahu berterimakasih kepada manusia, ia tidak akan dapat bersyukur kepada Allah. Maka janganlah meniru wanita yang jika suaminya berbuat kebaikan padanya sepanjang masa (tahun), kemudian ia melihat sedikit kesalahan dari suaminya, ia berkata: “Aku sama sekali tidak melihat kebaikan darimu…” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ اَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ يَا رَسُولَ اللهِ وَلَمْ ذَلِكَ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ “Wahai sekalian wanita bersedekahlah karena aku melihat mayoritas penduduk nereka adalah kalian.” Maka mereka (para wanita) berkata: “Ya Rasulullah kepada demikian?” Beliau menjawab: “Karena kalian banyak melaknat dan mengkufuri kebaikan suami.”16 Mengkufuri kebikan suami adalah menentang keutamaan suami dan tidak menunaikan haknya. Wahai istri yang mulia! Rasa terima kasih pada suami dapat engkau tunjukkan dengan senyuman manis di wajahmu yang menimbulkan kesan di hatinya, hingga terasa ringan baginya kesulitan yang dijumpai dalam pekerjaannya. Atau engkau ungkapkan dengan kata-kata cinta yang memikat yang dapat menyegarkan kembali cintamu dalam hatinya. Atau memaafkan kesalahan dan kekurangannya dalam menunaikan hakmu. Namun di mana bandingan kesalahan itu dengan lautan keutamaan dan kebaikannya padamu. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: لا يَنْظُرُ اللهَ إِلَى امْرَأَةٍ لا تَشْكُرُ زَوْجَهَا وَهِيَ لا تَسْتَغْنِيَ عَنْهُ “Allah tidak akan melihat kepada istri yang tidak tahu bersyukur kepada suaminya dan ia tidak merasa cukup darinya.”17 Wasiat kesembilan: Menyimpan rahasia suami dan menutupi kekurangannya (aibnya). Istri adalah tempat rahasia suami dan orang yang paling dekat dengannya serta paling tahu kekhususannya (yang paling pribadi dari diri suami). Bila menyebarkan rahasia merupakan sifat yang tercela untuk dilakukan oleh siapa pun maka dari sisi istri lebih besar dan lebih jelek lagi. Sesungguhnya majelis sebagian wanita tidak luput dari membuka dan menyebarkan aib-aib suami atau sebagian rahasianya. Ini merupakan bahaya besar dan dosa yang besar. Karena itulah ketika salah seorang istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebarkan satu rahasia beliau, datang hukuman keras, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersumpah untuk tidak mendekati isti tersebut selama satu bulan penuh. Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya berkenaan dengan peristiwa tersebut. وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِ وَأَظْهَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُ وَأَعْرَضَ عَنْ بَعْضٍ “Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari isteri-isterinya suatu peristiwa. Maka tatkala si istri menceritakan peristiwa itu (kepada yang lain), dan Allah memberitahukan hal itu kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepada beliau) dan menyembunyikan sebagian yang lain.” (At Tahriim: 3) Suatu ketika Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam mengunjungi putranya Ismail, namun beliau tidak mejumpainya. Maka beliau tanyakan kepada istri putranya, wanita itu menjawab: “Dia keluar mencari nafkah untuk kami.” Kemudian Ibrahim bertanya lagi tentang kehidupan dan keadaan mereka. Wanita itu menjawab dengan mengeluh kepada Ibrahim: “Kami adalah manusia, kami dalam kesempitan dan kesulitan.” Ibrahim ‘Alaihis Salam berkata: “Jika datang suamimu, sampaikanlah salamku padanya dan katakanlah kepadanya agar ia mengganti ambang pintunya.” Maka ketika Ismail datang, istrinya menceritakan apa yang terjadi. Mendengar hal itu, Ismail berkata: “Itu ayahku, dan ia memerintahkan aku untuk menceraikanmu. Kembalilah kepada keluargamu.” Maka Ismail menceraikan istrinya. (Riwayat Bukhari) Ibrahim ‘Alaihis Salam memandang bahwa wanita yang membuka rahasia suaminya dan mengeluhkan suaminya dengan kesialan, tidak pantas untuk menjadi istri Nabi maka beliau memerintahkan putranya untuk menceraikan istrinya. Oleh karena itu, wahai saudariku muslimah, simpanlah rahasia-rahasia suamimu, tutuplah aibnya dan jangan engkau tampakkan kecuali karena maslahat yang syar’i seperti mengadukan perbuatan dhalim kepada Hakim atau Mufti (ahli fatwa) atau orang yang engkau harapkan nasehatnya. Sebagimana yang dilakukan Hindun radliallahu ‘anha di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hindun berkata: “Abu Sufyan adalah pria yang kikir, ia tidak memberiku apa yang mencukupiku dan anak-anakku. Apakah boleh aku mengambil dari hartanya tanpa izinnya?!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ambillah yang mencukupimu dan anakmu dengan cara yang ma`ruf.” Cukup bagimu wahai saudariku muslimah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: إِنَّ مِنْ شَرِ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ أَحَدُهُمَا سِرُّ صَاحِبَهُ “Sesungguhnya termasuk sejelek-jelek kedudukan manusia pada hari kiamat di sisi Allah adalah pria yang bersetubuh dengan istrinya dan istri yang bersetubuh dengan suaminya, kemudian salah seorang dari keduanya menyebarkan rahasia pasanannya.”18 Wasiat terakhir: Kecerdasan dan kecerdikan serta berhati-hati dari kesalahan-kesalahan. - Termasuk kesalahan adalah: Seorang istri menceritakan dan menggambarkan kecantikan sebagian wanita yang dikenalnya kepada suaminya, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang yang demikian itu dengan sabdanya: لا تُبَاشِرُ مَرْأَةُ الْمَرْأَةَ فَتَنْعَتَهَا لِزَوْجِهَا كَأَنَّهُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا “Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lain lalu ia mensifatkan wanita itu kepada suaminya sehingga seakan-akan suaminya melihatnya.”19 Tahukah engkau mengapa hal itu dilarang?! - Termasuk kesalahan adalah apa yang dilakukan sebagian besar istri ketika suaminya baru kembali dari bekerja. Belum lagi si suami duduk dengan enak, ia sudah mengingatkannya tentang kebutuhan rumah, tagihan, tunggakan-tunggakan dan uang jajan anak-anak. Dan biasanya suami tidak menolak pembicaraan seperti ini, akan tetapi seharusnyalah seorang istri memilih waktu yang tepat untuk menyampaikannya. - Termasuk kesalahan adalah memakai pakaian yang paling bagus dan berhias dengan hiasan yang paling bagus ketika keluar rumah. Adapun di hadapan suami, tidak ada kecantikan dan tidak ada perhiasan. Dan masih banyak lagi kesalahan lain yang menjadi batu sandungan (penghalang) bagi suami untuk menikmati kesenangan dengan istrinya. Istri yang cerdas adalah yang menjauhi semua kesalahan itu. Footnote: 1Riwayat Muslim dalam Al-Masajid: (bab Fadlul Julus fil Mushallahu ba’dash Shubhi wa Fadlul Masajid) 2Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, dishahihkan oleh Al Albany, lihat “Irwaul Ghalil“, no. 1269 dan “Shahihul Jami’” no. 6149 3Lihat kitab “Kaif Taksabina Zaujak?!” oleh Syaikh Ibrahim bin Shaleh Al Mahmud, hal. 13 4Riwayat Ahmad dan Tirmidzi, ia berkata: Hadits hasan gharib. Berkata Al Albany: “Hadits ini sebagaimana dikatakan oleh Tirmidzi.” Lihat takhrij “Misykatul Masabih” no. 5019 5Al Masyakil Az Zaujiyyah wa Hululuha fi Dlaw`il Kitab wa Sunnah wal Ma’ariful Haditsiyah oleh Muhammad Utsman Al Khasyat, hal. 28-29 6Riwayat Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan Al Albany, lihat “Shahihul Jami`us Shaghir” no. 5294 7Riwayat Thabrani dan Hakim dalam “Mustadrak“nya, dishahihkan Al Albany hafidhahullah sebagaimana dalam “Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah” no. 288 8Lihat kitab “Al Kabair” oleh Imam Dzahabi hal. 173, cetakan Darun Nadwah Al Jadidah 9Riwayat Ibnu Nuaim dalam “Al Hilyah“. Berkata Syaikh Al Albany: “Hadits ini memiliki penguat yang menaikkannya ke derajat hasan atau shahih.” Lihat “Misykatul Mashabih” no. 3254 10Hadits lemah, diriwayatkan Hakim dan dishahihkannya dan disepakati Dzahabi. Namun Al Albany mengisyaratkan kelemahan hadits ini. Illatnya pada Ibnu Sukhairah dan pembicaraaan tentangnya disebutkan secara panjang lebar pada tempatnya, lihatlah dalam “Silsilah Al Ahadits Ad Dlaifah” no. 1117 11Semuanya dari riwayat Bukhari dalam shahihnya kitab “Manaqibul Anshar“, bab Tazwijun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Khadijah wa Fadluha radliallahu ‘anha. 12Semuanya dari riwayat Bukhari dalam shahihnya kitab “Manaqibul Anshar“, bab Tazwijun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Khadijah wa Fadluha radliallahu ‘anha. 13Semuanya dari riwayat Bukhari dalam shahihnya kitab “Manaqibul Anshar“, bab Tazwijun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Khadijah wa Fadluha radliallahu ‘anha. 14Diriwayatkan Ahmad dalam Musnadnya 6/118 no. 24908. Aku katakan: Al Hafidh Ibnu Hajar membawakan riwayat ini dalam “Fathul Bari“, ia berkata: “Dalam riwayat Ahmad dari hadits Masruq dari Aisyah.” Dan ia menyebutkannya, kemudian mendiamkannya. Di tempat lain (juz 7/138), ia berkata: “Diriwayatkan Ahmad dan Thabrani.” Kemudian membawakan hadits tersebut. Berkata Syaikh kami Abdullah Al Hakami hafidhahullah: “Mungkin sebab diamnya Al Hafidh rahimahullah karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama Mujalid bin Said Al Hamdani. Dalam “At Taqrib” hal. 520, Al Hafidh berkata: “Ia tidak kuat dan berubah hapalannya pada akhir umurnya.” Al Haitsami bersikap tasahul (bermudah-mudah) dalam menghasankan hadits ini, beliau berkata dalam Al Majma’ (9/224): “Diriwayatkan Ahmad dan isnadnya hasan.” 15Muttafaq alaihi, diriwayatkan Bukhari dalam “Kitab Bad’il Wahyi” dan Muslim dalam “Kitabul Iman” 16Diriwayatkan Bukhari dalam “Kitab Al Haidl“, (bab Tarkul Haidl Ash Shaum) dan diriwayatkan Muslim dalam “Kitabul Iman” (bab Nuqshanul Iman binuqshanith Thaat) 17Diriwayatkan Nasa’i dalam “Isyratun Nisa’” dengan isnad yang shahih. 18Diriwayatkan Muslim dalam “An Nikah” (bab Tahrim Ifsya’i Sirril Mar’ah). 19Diriwayatkan Bukhari dalam “An Nikah” (bab Laa Tubasyir Al Mar’atul Mar’ah). Berkata sebagian ulama: “Hikmah dari larangan itu adalah kekhawatiran kagumnya orang yang diceritakan terhadap wanita yang sedang digambarkan, maka hatinya tergantung dengannya (menerawang membayangkannya) sehingga ia jatuh kedalam fitnah. Terkadang yang menceritakan itu adalah istrinya -sebagaimana dalam hadits dia atas- maka bisa jadi hal itu mengantarkan pada perceraiannya. Menceritakan kebagusan wanita lain kepada suami mengandung kerusakan-kerusakan yang tidak terpuji akibatnya. Sumber: الأسرة بلا مشاكل karya Mazin bin Abdul Karim Al Farih. Edisi Indonesia: Rumah Tangga Tanpa Problema; bab Sepuluh Wasiat untuk Istri yang Mendambakan “Keluarga Bahagia tanpa Problema“, hal. 59-82. Penerjemah: Ummu Ishâq Zulfâ bintu Husein. Editor: Abû ‘Umar ‘Ubadah. Penerbit: Pustaka Al-Haura’, cet. ke-2, Jumadits Tsani 1424H. Dinukil untuk http://akhwat.web.id. Silakan mengcopy dan memperbanyak dengan menyertakan sumbernya.

Read More..

Apa yang sering dibicarakan ibu-ibu muda saat berkumpul atau arisan? Curhat seputar perkembangan dan pendidikan anak, urusan suami, berbagi contekan resep masakan atau lainnya? Yang jelas tak ketinggalan adalah komentar soal perilaku ibu mertua. Image "ibu mertua menyebalkan" terlanjur tercetak di kepala para perempuan. Tahukah anda kalau hubungan Moms dengan ibu mertua kurang akur, bisa saja merambah pada keharmonisan Moms dan suami yang ikut terganggu. Daripada pusing, berikut sedikit trik jitu "menaklukkan" hati ibu mertua. Mulai dari Obrolan Ringan "Tak kenal maka tak sayang!" Anda tentu tak asing dengan ungkapan tersebut. Bila intensitas pertemuan Moms dengan mertua termasuk jarang, tak heran bila anda kerap "mati gaya" saat berhadapan dengannya. Nah, jangan biarkan hal ini terjadi berlarut-larut. Rajin-rajinlah mencari bocoran dari suami seputar orangtuanya. Tidak ada kata terlambat untuk memulai semuanya menjadi lebih baik. Anda bisa membuka obrolan ringan, misalnya tentang hobi. Perhatikan pula kegiatan apa saja yang kerap dilakukannya saat senggang. Tunjukkan ketertarikan anda terhadap hal-hal yang diminatinya. Niscaya ibu mertua akan terkesima dengan perhatian anda. Diomelin? Santai Sajalah! Lelaki sering menganggap perempuan adalah makhluk yang rumit. Nah, anda dan ibu mertua sama-sama perempuan bukan? Sebenarnya tak sulit memahami kemauan sang mama mertua. Simak saja karya ternama John Gray, dalam bukunya berjudul "Men Are From Mars, Women Are From Venus". Dituliskan bahwa salah satu sifat dasar perempuan adalah lebih berorientasi pada hubungan. Kalau berada dalam posisi ibu mertua, apa yang Moms pikirkan? Bandingkan dengan status Moms sebagai istri. Intinya ingin mencurahkan segenap kasih sayang pada laki-laki yang sama kan? Hanya saja, beda cara perlakuannya. Ibu mertua memiliki hubungan sebagai ibu dan anak. Sedangkan Moms merasa berhak atas cinta suami, karena anda berdua sudah dipersatukan dalam satu ikatan. Namun wujud cinta kasih ini sering menjadi pemicu keributan. Rasa sayang yang begitu besar pada anaknya, justru membuat ibu mertua tampak bawel, apalagi jika menurut pandangannya si menantu kurang dapat membahagiakan anaknya. Misal, "Ajeng, gimana sih kamu, bikin sambalnya terlalu pedas! Romi itu suka sambal yang tidak terlalu pedas! Lain kali, ibu saja yang bikin!" Wah, mendengarnya saja sudah cukup membuat telinga panas. Memang sih cuma urusan sambal. Tenang Moms! Jika ditelusuri, secara tidak sengaja ibu mertua sudah membeberkan rahasia bagaimana menyenangkan suami. Kalau mau berpikir positif, hitung-hitung Moms sudah membahagiakan dua orang sekaligus, ya suami, ya ibu mertua. Kuncinya Komunikasi Menghadapi masalah dalam berumah tangga adalah hal yang wajar. Anda pasti ingin membahasnya berdua suami saja. Eh, "ibu suri" ikut turun tangan. "Kok bisa begitu? Harusnya kamu...bla...bla...bla." Alhasil, anda berasumsi apa iya ibu mertua membantu. Toh, cenderung menyalahkan situasi. Kalau Moms memiliki ibu mertua seperti ini, jangan curiga dulu! Bisa saja cara komunikasi ibu mertua yang kurang sesuai bagi anda. Jangan lupa, ibu mertua sudah puluhan tahun makan asam garam rumah tangga. Meski tak selalu tepat, pengalaman kerap kali menjadi guru yang terbaik. Siapa tahu dengan melewati masalah, anda maupun ibu mertua saling belajar memahami cara pandang dan karakter masing-masing. So, jangan kelewat hopeless menghadapi sikap ibu mertua, semua ada caranya koq. Semoga bermanfaat ya, Moms

Read More..

Penulis:Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin **Pahami anak sebagai individu yang berbeda. Seorang anak dengan yang lainnya memiliki karakter yang berbeda. Memiliki bakat dan minat yang berbeda pula. Karenanya, dalam menyerap ilmu dan mengamalkannya berbeda satu dengan yang lainnya. Sering terjadi kasus, terutama pada pasangan muda, orangtua mengalami ?sindroma? anak pertama. Karena didorong idealisme yang tinggi, mereka memperlakukan anak tanpa memerhatikan aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan anak. Misal, anak dipompa untuk bisa menulis dan membaca pada usia 2 tahun, tanpa memerhatikan tingkat kemampuan dan motorik halus (kemampuan mengoordinasikan gerakan tangan) anak. فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. (At-Taghabun: 16) Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ Apabila aku melarangmu dari sesuatu maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu perkara maka tunaikanlah semampumu. (HR. Al-Bukhari, no. 7288) Kata مَا اسْتَطَعْتُمْ (semampumu) menunjukkan kemampuan dan kesanggupan seseorang berbeda-beda, bertingkat-tingkat, satu dengan lainnya tidak bisa disamakan. Ini semua karena pengaruh berbagai macam latar belakang. ** Memberi tugas hendaklah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.(Al-Baqarah: 286) **Berusahalah untuk selalu menghargai niat, usaha dan kesungguhan anak. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi Allah melihat kepada hati (niat) dan amal-amal kalian. (HR. Muslim no. 2564) Jangan mencaci maki anak karena kegagalannya. Tapi berikan ungkapan-ungkapan yang bisa memotivasi anak untuk bangkit dari kegagalannya. Misal, ‘Abi tidak marah kok, Ahmad belum hafal surat Yasin. Abi tahu, Ahmad sudah berusaha menghafal. Lain kali, kita coba lagi ya.? ** Tidak membentak, memaki dan merendahkan anak. Apalagi di hadapan teman-temannya atau di hadapan umum. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا ‘Dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.’ (An-Nisa`: 5) ** Tidak membuka aib (kekurangan, kejelekan) yang ada pada anak di hadapan orang lain. Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ?anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ Barangsiapa menutup (aib) seorang muslim, Allah akan menutup (aib) dirinya pada hari kiamat. (HR. Al-Bukhari no. 2442) ** Jika anak melakukan kesalahan, jangan hanya menunjukkan kesalahannya semata. Tapi berilah solusi dengan memberitahu perbuatan yang benar yang seharusnya dia lakukan. Tentunya, dengan cara yang hikmah. ?Umar bin Abi Salamah radhiyallahu ‘anhu berkata: كُنْتُ غُلَامًا فِي حِجْرِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يَا غُلَامُ، سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ Saat saya masih kecil dalam asuhan Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam, saya menggerak-gerakkan tangan di dalam nampan (yang ada makanannya). Lantas Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam menasihatiku, Wahai ananda, sebutlah nama Allah (yaitu bacalah Bismillah saat hendak makan). Makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang ada di sisi dekatmu. (HR. Al-Bukhari no. 5376) ** Tidak memanggil atau menyeru anak dengan sebutan yang jelek. Seperti perkataan: Dasar bodoh! Ini berdasarkan hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ Janganlah kalian menyeru (berdoa) atas diri kalian kecuali dengan sesuatu yang baik. Karena, sesungguhnya malaikat akan mengaminkan atas apa yang kalian ucapkan. (HR. Muslim no. 920) ** Perbanyak ucapan-ucapan yang mengandung muatan doa pada saat di hadapan anak. Seperti ucapan: بَارَكَ اللهُ فِيْكُمْ Semoga Allah memberkahi kalian. Allah Subhanahu wa Ta?ala berfirman: وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. (Al-Baqarah: 83) Juga selalu mendoakan kebaikan bagi sang anak, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta?ala: وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا Dan orang-orang yang berkata: Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74) ** Berusahalah untuk senantiasa berlaku hikmah dalam menghadapi masalah anak. Tidak mengedepankan emosi. Tidak mudah menjatuhkan sanksi. Telusuri setiap masalah yang ada pada anak dengan penuh hikmah, tabayyun (klarifikasi). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. (Al-Baqarah: 269) **Berusahalah bersikap adil terhadap anak-anak dan berbuat baik kepadanya. إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ‘Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.’(An-Nahl: 90) ** Hindari sikap-sikap dan tindakan yang menjadikan anak mengalami trauma, blocking (mogok), malas atau enggan belajar. Sebaliknya, ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا، بَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا ‘Permudah dan jangan kalian persulit. Gembirakan, dan jangan kalian membuat (mereka) lari.’ (HR. Al-Bukhari no. 69) Wallahu a’lam.

Read More..

Cahaya Pagi

hmmmmm.....

taburan cinta dari Allah untuk hambaNya tak terkita banyaknya....^_^
suasana kerja yang mulai mengasyikkan...sudah mulai ada amaliyah yang akan meningkatkan ruhiyah. pagi2 sdh diperdengarkan dengan alunan ayat Alqur'an yang mulia...terasa hati ini basah oleh kerinduan untuk membaca sendiri dan menikmati apa yang dibaca...sesungguhnya memang benar, sesuatu yang dilakukan dengan penuh cinta akan melahirkan ketenangan dan kebahagiaan...

Read More..

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
 يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا
 يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا . يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
أما بعد :

Tulisan ini adalah sebuah risalah fiqhiyyah an-nazilah (fiqh kontenporer) seputar imunisasi yang menjadi polemik besar di kalangan ahli ilmu yang sebenarnya bukan kemampuan kami untuk menguraikannya. Akan tetapi berawal dari permintaan salah satu ikhwan kepada kami di mana didaerahnya terjadi sikap “kolot” terhadap masalah khilafiyah khususnya dalam masalah ini maka kami mencoba dengan segala kekerdilan kami untuk menggoreskan tinta ini dengan sikap tathofful bil ulama’(bimbingan ulama’)

Karena pembahasan ini ada sangkut pautnya dengan kedokteran maka kami berusaha untuk mengumpulkan komentar-komentar ahli medis baik yang pro maupun kontra untuk memudahkan tashowwur (gambaran) riil yang ada, karena diantara kaidah fatwa adalah :
الحكم على الشئ فرع عن تصوره
 “ hukum sesuatu adalah cabang dari gambaran terhadap sesuatu tersebut”
Tulisan ini kami bagi menjadi beberapa bab
1.        Moqoddimah
2.      Definisi Imunisasi
3.       Macam-macam imunisasi
4.      Hukum asal imunisasi
5.      Praktek imunisasi modern
6.      Beberapa argumen/alasan bagi orang yang kontra dan anti dengan imunisasi
7.      Perantara menuju jawaban
8.      Tarjih dan analisa
9.      Fatwa para ulama tentang imunisasi
10.   Kesimpulan dan penutup
Yang perlu di sebutkan juga di sini bahwa masalah in adalah masalah fiqhiyyah ijtihadiyah yang tidak menjadikan sesat orang yang menyelisihinya[2], dan apa yang saya tulis ini belumlah titik, masih terbuka bagi semuanya untuk mencurahkan pengetahuan dan penelitian baik dari segi ilmu medis maupun ilmu syar’i agar bisa sampai kepada hukum yang sangat jelas
Dan kami nasehatkan agar janganlah kita meresahkan masyarakat dengan membuat keraguan kepada mereka karena ini termasuk masalah-masalah umat apalagi telah keluar fatwa MUI tentangnya[3]
Dan kami memohon tulisan ini bermanfaat khususnya pada pribadi kami dan para pembaca yang budiman dan menjadi tambahan berat dalam mizan hari akhirat. Amiin
1.      Moqoddimah
Perkembangan zaman dengan segala realitas kehidupan yang ada di dalamnya telah memunculkan berbagai persoalan baru yang memerlukan respon keagamaan yang tepat dan argumentatif. Banyak masalah-masalah baru yang tidak ada sebelumnya. Sekarang membutuhkan fatwa khusus
Permasalahannya  tidaklah serumit ini jika seandainya permasalahan-permasalahan baru tersebut di pegang oleh ahli islam yang amanah. Hanya saja yang disayangkan kebanyakan bahkan hampir seluruh permasaahan baru tersebut di pegang oleh orang-orang kafir atau orang-orang zindiq yang tidak perduli lagi tentang halal & harom –kita mengadu kepada alloh atas segala kehinaan dan kekalahan kaum muslimin dalam segala bidangnya-
Oleh karena itu seringkali muncul permasalahan dan pertanyaan di kalangan kaum muslimin di berbagai tempat yang tentunya membutuhkan jawaban yang benar sesuai dengan hukum islam itu sendiri
Di antara permasalahan itu yang menjadi polemik dan kontroversi adalah masalah yang akan kita bahas ini yaitu imunisasi yang di informasikan mengandung unsur-unsur harom seperti adanya enzim babi untuk pembuatan imunisasi polio, padahal di waktu yang sama pemberian imunisasi di zaman kita ini sangat di perlukan. Hal itu di sebabkan konsumsi-konsumsi manusia saat ini yang hampir tidak lepas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya  sehingga muncullah penyakit-penyakit yang tidak ada pada sebelumnya. Maka di buatlah imunisasi yang merupakan tindakan preventif untuk mencegah datangnya penyakit-penyakit berbahaya tersebut.
2.     Definisi Imunisasi
Di sebutkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) edisi ke tiga halaman : 428, lafadznya :
Imun a Dok kebal thd suatu penyakit: kalau sudah di suntik TCD, orang akan—thd penyakit tipus, kolera , dan disentri;
Pengimunan n proses, cara, perbuatan menjadikan kebal thd penyakit;
Keimunan n keadaan imun; keadaan kebal thd penyakit
Imunisasi n Doc pengimunan; pengebalan (thd penyakit): pemerintah memberikan suntikan TCD kepada murid SD dl rangka—thd penyakit tipus, kolera, dan disentri
Imunitas n 1 keimunan; kekebalan; 2 Tan keadaan tumbuhan inang yg bebas dr serangan dan kerusakan yg di sebabkan oleh penyakit (parasit)”
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa bahwa imunisasi adalah tindakan pengebalan tubuh dari berbagai penyakit
3.     Macam-macam imunisasi
Secara garis besarnya imunisasi terbagi menjadi dua :
A. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang secara aktif membentuk zat anti bodi.
1. Imunisasi aktif alamiah
Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah sembuh dari suatu penyakit.
2. Imunisasi aktif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit
B. Imunisasi Pasif
Imunisasi Pasif adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar.
1. Imunisasi pasif alamiah
Adalah antibody yang didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.
2. Imunisasi pasif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit tertentu. (http://colostrum.naikdaun.com/2010/07/jenis-dan-macammacam-imunisasi-kekebalan-tubuh-anti-bodi-ilmu-sains-biologi/)
Namun yang menjadi sorotan kita kali ini adalah macam imunisasi yang di peroleh dengan vaksinasi (Imunisasi aktif buatan), dan kalangan ahli gizi & anak menyebutkan imunisasi yang vital, yaitu :
1. BCG
- Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis
- Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin
- Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 2 bulan
2. DPT/DT
- Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), Pertusis (batuk rejan) dan Tetanus (kaku rahang).
- Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
VI. Umur / usia 10 tahun
3. Polio
- Perlindungan Penyakit : Poliomielitis / Polio (lumpuh layuh) yang menyababkan nyeri otot, lumpuh dan kematian.
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
4. Campak / Measles
- Perlindungan Penyakit : Campak / Tampek
- Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit, diare
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 9 bulan atau lebih
II. Umur / usia 5-7 tahun
5. Hepatitis B
- Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati mematikan
- Waktu Pemberian :
I. Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya
II. Tergantung situasi dan kondisi I
III. Tergantung situasi dan kondisi II
IV. Tergantung situasi dan kondisi III
B. Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Yang Dianjurkan Pada Anak :
1. MMR
- Perlindungan Penyakit : Campak, gondongan dan campak Jerman
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 1 tahun 3 bulan
II. Umur / usia 4-6 tahun
2. Hepatitis A
- Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati)
- Penyebab : Virus hepatitis A
- Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi I
II. Tergantung situasi dan kondisi II
3. Typhoid & parathypoid
- Perlindungan Penyakit : Demam Typhoid
- Penyebab : Bakteri Salmonela thypi
- Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi
4. Varisella (Cacar Air)
- Perlindungan Penyakit : Cacar Air
- Penyebab : Virus varicella-zoster
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 10 s/d 12 tahun 1 kali dan di atas 13 tahun 2 kali dengan selang waktu 4 s/d 8 minggu. (http://organisasi.org/jenis-macam-vaksin-imunisasi-untuk-anak-informasi-imunisasi-lengkap-wajib-penangkal-penyakit)
4.     Hukum asal imunisasi
Setelah kita ketahui ma’na imunisasi secara umum, maka tidak diragukan lagi bahwa hukum asal imunisasi adalah boleh dan tidak terlarang, karena imunisasi termasuk penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi . Rosululloh n Bersabda :
من تصبح كل يوم سبع تمرات عجوة لم يضره في ذلك اليوم سم ولاسحر
Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan sihir” (HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).
Berkata Syaikh bin Baz : “tidak masalah untuk menggunakan obat untuk menolak atau menghindari wabah yang dikhawatirkan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih, artinya : “Barangsiapa makan tujuh butir kurma Madinah pada pagi hari, ia tidak akan terkena pengaruh buruk sihir atau racun”. Ini termasuk tindakan menghindari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga jika dikhawatirkan timbulnya suatu penyakit dan dilakukan pengebalan (imunisasi) untuk melawan penyakit yang muncul di suatu tempat atau di mana saja, maka hal itu tidak masalah, karena hal itu termasuk tindakan pencegahan. Sebagaimana penyakit yang datang diobati, demikian juga penyakit yang dikhawatirkan kemunculannya. (majmu’ fatawa wal maqolat syaikh ibnu Baz 6/26)
Berkata Ibnul Arobi as-Salafi al-Maliki : menurutku bila sorang mengetahui sebab penyakit dan khawatir olehnya, maka boleh baginya membendungnya dengan obat.” (al-Qobas : 3/1129)
5.     Praktek imunisasi Modern
Sebagaimana yang telah kami sebutkan pada muqoddimah bahwa ini termasuk dampak dari di pegangnya ilmu kedokteran oleh-orang barat yang notabenenya orang-orang kafir yang bukan hanya jahil terhadap halal-harom akan tetapi bahkan memusuhi dan melecehkan islam itu sendiri, dan saya mendapati permasalahan ini sering di jadikan senjata untuk menggugat keabsahan hukum imunisasi
Permasalahan yang kami maksudkan adalah dalam imunisasi yang di kenal ahli medis saat ini ada dua masalah yang membuat kening berkerut, yang pertama pemberian vaksin kedalam tubuh, yang kedua bahan yang di gunakan dalam vaksinasi tersebut
a.      Vaksinasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), vaksin diartikan dengan bibit penyakit yang sudah di lemahkan, sedang vaksinasi adalah penanaman bibit penyakit yang sudah di lemahkan kedalam tubuh manusia atau binatang (dengan cara menggoreskan atau menusukkan jarum) agar orang atau binatang itu menjadi kebal terhadap penyakit tersebut. (KBBI edisi : 3 hal : 1258).
Oleh karena itu kaidah inti dari imunisasi adalah “ memasukkan bibit penyakit yang telah dilemahkan kepada manusia akan menghasilkan pelindung berupa anti bodi tertentu untuk menahan serangan penyakit yang lebih besar

b.      Bahan- bahan dalam pembuatan vaksin
telah tersebar beberapa informasi tentang bahan pembuatan vaksin terutama dalam dunia maya (internet) bahwa bahan-bahan tersebut kebanyakannya terbuat dari benda –benda yang harom. Berikut sedikit kami nukilkan diantaranya :
Berkata Rini Puspitasari selaku staff of KKIA Departement FULDFK 2009/2010
“Penggunaan janin bayi yang sengaja digugurkan ini bukan merupakan suatu hal yang dirahasiakan publik. Sel line janin yang biasa digunakan untuk keperluan vaksin biasanya diambil dari bagian tubuh seperti paru-paru, kulit, otot, ginjal, hati, kelenjar tiroid, timus, dan hepar yang diperoleh dari aborsi janin”. Lalu beliau melanjutkan
Disamping itu, vaksin dalam proses pembuatannya juga ada yang menggunakan enzim babi. Vaksin yang terbuat dari babi yaitu vaksin polio. Seorang pakar dari Amerika mengatakan bahwa vaksin polio dibuat dari campuran ginjal kera, sel kanker manusia, serta cairan tubuh hewan tertentu termasuk serum dari sapi, bayi kuda, dan ekstrak mentah lambung babi” [4]
(lihat :http://sk-sk.facebook.com/topic.php?uid=197538990489&topic=12546.) Demikianlah kami nukilkan tanpa ada sedikit perubahan, dan kita serahkan kepada Alloh atas kebenarannya

6.     Beberapa argument / alasan bagi orang yang kontra dan anti dengan imunisasi
Melihat penjelasan secara global hakekat imunisasi modern maka banyak timbul permasalahan hukumnya secara syariat dari beberapa kalangan baik dari ahli medis(notabenenya para herbalis) itu sendiri atau dari ahli keagamaan. Diantara mereka dengan menulis artikel atau buku untuk mengkampanyekan haramnya imunisasi dan yang paling ringan diantara mereka hanya bersikap menahan imunisasi tanpa adanya seruan status hukumnya. Di bawah ini saya sebutkan diantara argumen atas haramnya imuniasi di beberapa diskusi kami di ma’had kami dengan beberapa ikhwan dan sebagian asatidz juga dari beberapa artikel mereka yang saya ambil dari internet[5]
a.      Imunisasi terbuat dari bahan-bahan yang harom
b.      Sistem vaksin membahayakan
c.       Banyak kesaksian atas gagalnya imunisasi
d.      Imunisasi adalah program KB terselubung yang bertujuan untuk memandulkan anak
e.      Imunisasi bukanlah suatu yang dhorurot sehingga tidak bisa melegalkan yang harom
f.        Imunisasi tidak penting bagi anak
Demikian sebagian alasan dan hujjah bagi orang-orang ayang meniadakan imunisasi. Lalu bagaimanakah sebenarnya hakekat imunisasi tersebut? Sejauh mana bahaya imunisasi dan manfaatnya? Dan bagaimanakah sikap seorang muslim menghadapi problematik seperti ini

7.     Perantara menuju jawaban
Sebelum kita masuk permasalahan inti sekaligus jawaban dari hukum imunisasi ada beberapa permasalahan yang harus kita pahami terlebih dahulu
1.        Hukum berobat dengan hal yang di haromkan
Masalah ini terbagi menjadi dua bagian :
a.      Berobat dengan khomr adalah haram sebagaimana pendapat mayoritas ulama, berdasarkan hadits Thoriq bin Suwaid a, sesungguhnya ia bertanya kepada Rosululloh tentang khomr, maka Rosululloh n melarang untuk membuatnya, lalu ia berkata lagi : sesungguhnya aku membuatnya hanya untuk di jadikan obat, maka Rosululloh bersabda :

إنه ليس بدواء ولكنه داء
“Sesungguhnya khomr itu bukanlah obat melainkan penyakit.” (HR. Muslim:1984)
Berkata Imam an-Nawawi dalam syarah shohih muslim (13/153) : “Hadist ini merupakan dalil yang sangat jelas tentang haramnya khomr dijadikan sebagai obat
Berkata Syaikh Abu Malik dalam shohih fiqh sunnah (2/391) : “maka masuk akalkah ada dokter muslim yang m
engetahui syariat islam mensifati khomr sebagai obat, padahal rosululloh mensifatinya sebagai penyakit”
b.      Berobat dengan benda haram selain khomr. Masalah ini diperselisihkan ulama menjadi dua pendapat :
Pendapat yang Pertama : Boleh dalam kondisi darurat.
 Ini pendapat Hanafiyyah, Syafi’iyyah, dan Ibnu Hazm. (lihat pemaparan khilaf dalam majmu’ syarh muhadzab, karya imam an-nawawi : 9/50).
Di antara dalil mereka adalah keumuman firman Allah :
وَمَا لَكُمْ أَلا تَأْكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ (١١٩)
Artinya : “mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, Padahal Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. dan Sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas”.
Demikian juga Nabi membolehkan sutera bagi orang yang terkena penyakit kulit (HR muslim 15/(2076, dan bolehnya orang yang sedang ihrom untuk mencukur rambutnya apabila ada penyakit di rambutnya (Shohih Fihq Sunnah 2/203).
Kedua: Tidak boleh secara mutlak.
 Ini adalah madzab Malikiyyah dan Hanabillah (lihat al-Mughni karya ibnu Qudamah 8/605).
Di antara dalil mereka adalah sabda Nabi :
إن الله أنزل الداء والدواء، وجعل لكل داء دواء، فتداووا ولا تداووا بحرام

“Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan jangan berobat dengan benda haram” (HR. Abu Dawud 3874
, & di shohihkan syaikh al-albani dalam asshohihah 4/174)
Alasan lainnya karena berobat hukumnya tidak wajib menurut jumhur ulama, dan karena sembuh dengan berobat bukanlah perkara yang yakin.
Pendapat yang kuat: Pada asalnya tidak boleh berobat dengan benda-benda haram kecuali dalam kondisi darurat, yaitu apabila penyakit dan obatnya memenuhi kriteria sebagai berikut :
1)Penyakit tersebut penyakit yang harus diobati
2)Benar-benar yakin bahwa obat ini sangat bermanfaat pada penyakit tersebut.
3)Tidak ada pengganti lainnya yang mubah. (lihat penjelasan lengkap masalah ini dalam kitab
Ahkamul-Adwiyah Fi syari’ah Islamiyyah kar. Dr. Hasan bin ahmad al-Fakki hal : 187)
2.      Memahami ma’na dhorurot
Berkata syaikh Muhammmad bin Husain al-Jaizani : Yang di makud dhorurat (darurat) menurut ahli fiqh & ushul adalah kebutuhan mendesak untuk menerjang syariat, terkandung daam definisi ini dua poin penting, yaitu :
1. Dhorurot adalah kebutuhan mendesak yang tidak ada jalan keluarnya
2. Dhorurot adalah udzur yang dianggap oleh syariat & salah satu sebab keringanan yang benar, yang mengharuskan menyelisihi hukum syar’i (Haqiqoh dhoruroh syar’iyyah, hal : 8)
Jadi hakekat dhorurot adalah ketika seorang memilki keyakinan bahwa apabila dirinya tidak menerjang larangan tersebut niscaya akan binasa atau mendapatkan bahaya besar pada badanya, hartanya atau kehormatannya. Dalam suatu kaidah fiqhiyyah dikatakan:
الضرورة تبيح المحظورة
“Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang”
Akan tetapi dhorurot ini memiliki syarat & dhowabit (kaidah), yaitu ada 4 :
1. Tegaknya kemadhorotan baik yakin atau persangkaa
n kuat
2. Adanya udzur (yaitu tidak bisa sama sekali dengan sarana yang halal)
3. Menggunakan sebatas dhorurot tersebut
4. Pandangan ke depan, di mana tidak ada bahaya yang mengancamnya
(Haqiqoh dhoruroh syar’iyyah hal : 14)
Berkata al-Izzu bin Abdussalam : “Seandainya seorang terdesak untuk makan barang najis maka dia harus memakannya, sebab kerusakan jiwa dan anggota badan lebih besar daripada kerusakan makan barang najis.”[Qowa’idu Ahkam hal : 141]
3.      Masalah Istihalah
Istihalah  adalah berubahnya suatu benda yang najis atau haram menjadi benda lain yang berbeda nama dan sifatnya. Seperti khamr berubah menjadi cuka, babi menjadi garam, minyak menjadi sabun, dan sebagainya (Hasyiah ibnu Abidin : 1/210)
Apakah benda najis yang telah berubah nama dan sifatnya tadi bisa menjadi suci? Masalah ini diperselisihkan ulama.
1.  Pendapat yang pertama, Istihalah dapat mensucikan benda najis
ini adalah pendapat hanafiyah, dhohiriyah, salah satu pendapat malikiyyah dan hanabilah, Syaikhul Islam, Ibnul qoyyim, Assyaukani dan lain-lain  
2.  Pendapat yang kedua, Istihalah tidak dapat mensucikan benda najis
ini adalah pendapat syafi’iyyah, hanabilah, sebagian madzhab malikiyyah & di ikuti abu yusuf (muri
d abu Hanifiyyah)
di antara Hujjah mereka adalah : bahwasana benda najis tidak akan bisa suci dengan cara apapun seperti darah menjadi nanah juga di kuatkan bahwa benda najis yang proses istihalahnya dengan di bakar maka ia bagian dari najis tersebut & di ikutkan kenajisannya sebagai
sikap kehati-hatian (Wallohu a’lam sebatas pencarian kami dalil mereka hanya sebatas nadhori (logika), berkata syaikhul islam : tidak ada mereka baik al-quran, sunnah, ijma’ maupun qiyas)
hanya saya pendapat yang kuat menurut kami bahwa perubahan tersebut bisa menjadikannya suci, dengan dalil-dalil berikut :
a.Ijma’ (kesepakatan) ahli ilmu bahwa khomr apabila berubah menjadi cuka maka menjadi suci (al-Muhalla 1/117 – 7/433)
b.Pendapat mayoritas ulama bahwa kulit bangkai bisa suci dengan disamak, berdasarkan sabda Nabi :
إذا دبغ الإهاب فقد طهور
 “ Kulit bangkai jika disamak maka ia menjadi suci.” ( Lihat Shohihul-Jami’ : 2711)
c.Benda-benda baru tersebut – setelah perubahan – hukum asalnya adalah suci dan halal, tidak ada dalil yang menajiskan dan mengharamkannya.
Pendapat ini di bela mati-matian oleh syaikhul islam (majmu’ fatawa & lihat argumentasi beliau secara naql & aql dalam kitab tersebut 21/481-504)
Alangkah bagusnya ucapan Imam Ibnul-Qoyyim : “Sesungguhnya benda suci apabila berubah menjadi najis maka hukumnya najis, seperti air dan makanan apabila telah berubah menjadi air seni dan kotoran. Kalau benda suci bisa berubah najis, lantas bagaimana mungkin benda najis tidak bisa berubah menjadi suci? Allah telah mengeluarkan benda suci dari kotoran dan benda kotor dari suci. Benda asal bukanlah patokan. Akan tetapi, yang menjadi patokan adalah sifat benda tersebut sekarang. Mustahil benda tetap dihukumi najis padahal nama dan sifatnya telah tidak ada, padahal hukum itu mengikuti nama dan sifatnya. (I’lamul Muwwaqq’in 1/394)
4.      Masalah Istihlak
Maksud Istihlak di sini adalah bercampurnya benda haram atau najis dengan benda lainnya yang suci dan hal yang lebih banyak sehingga menghilangkan sifat najis dan keharamannya, baik rasa, warna, dan baunya.
Apakah benda najis yang terkalahkan oleh benda suci tersebut bisa menjadi suci? Pendapat yang benar adalah bisa menjadi suci, berdasarkan sabda Rosululloh :
الماء طهور لا ينجسه شئ

“Air itu suci, tidak ada yang menajiskannya sesuatu pun.” (HR. Ahmad 3/31, Abu Dawud 66, Tirmidzi 1/95 & di shohihkan syaikh albani dalam irwaul gholil 1/45)
dan sabda beliau :
إذا بلغ الماء قلتين لم يحمل الخبث
 “Apabila air telah mencapai dua qullah maka tidak najis.”
(
HR. Abu dawud 56 & di shohihkan syaikh albani dalam irwaul gholil 23).
Dua hadits di atas menunjukkan bahwa benda yang najis atau haram apabila bercampur dengan air suci yang banyak, sehingga najis tersebut lebur tak menyisakn warna atau baunya maka dia menjadi suci. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Barang siapa yang memperhatikan dalil-dalil yang disepakati dan memahami rahasia hukum syari’at, niscaya akan jelas baginya bahwa pendapat ini paling benar, sebab najisnya air dan cairan tanpa bisa berubah, sangat jauh dari logika.”[Majmu’ Fatawa : 21/508]
Oleh karenanya, seandainnya ada seseorang yang meminum khomr yang bercampur dengan air yang banyak sehingga sifat khomr-nya hilang maka dia tidak dihukumi minum khomr. Demikian juga, bila ada seorang bayi diberi minum ASI (air susu ibu) yang telah bercampur dengan air yang banyak sehingga sifat susunya hilang maka dia tidak dihukumi sebagai anak persusuannya.”[al-Fatawa al—Kubro 1/423]

8.     Tarjih & analisa
Dari keterangan di atas kita katakan pada masalah imunisasi :
1.        Anggapan imunisasi tidak penting bagi anak bahkan banyak kejadian gagal, dan sistem vaksinasi yang sangat BERBAHAYA.
Untuk menjawab anggapan ini kami nukilkan keterangan Dr. Arief [6]yang kami anggap tsiqoh (terpercaya) dalam masalam ini, beliau berkata dalam situsnya www.drarief.com, setelah memaparkan anggapan-anggapan negatif seputar imunisasi : ” Isu-isu di atas adalah TIDAK BENAR. Saat ini informasi bisa kita dapatkan dengan mudah dengan cara apapun. Kita bisa mengetahui dari belahan dunia manapun dengan mudah dan cepat. Kita bisa menyaksikan bagaimana dunia berlomba-lomba meningkatkan kecanggihan vaksin untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak, dengan mengurangi efek samping hingga seminimal mungkin. Sekarang kita juga bisa membuktikan bahwa para ahli di seluruh dunia sepakat bahwa imunisasi adalah penting.
Bagi beberapa orang yang termakan isu-isu di atas, silakan Anda cari informasi terkini yang berkenaan dengan imunisasi tersebut. Insya Allah Anda akan menemukan 100% informasi – yang ilmiah tentunya, bukan sekedar asal ngomong belaka – yang akan mendukung dan menguatkan dasar pentingnya dilakukan imunisasi.
“Toh anak saya juga sehat nggak pakai imunisasi…” nah lho? Memang benar ada kemungkinan anak Anda tetap sehat tanpa imunisasi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh dr. Adi di atas tadi, imunisasi bertujuan untuk memproteksi bukan 100%, terhadap penyakit. Ini artinya, bila sang anak yang sehat tanpa imunisasi tadi tidak tertular oleh penyakit yang dia tidak memiliki daya tahan terhadapnya maka kita sebut saja dia “beruntung”. Contohnya penyakit tuberculosis (TBC) yang dinyatakan secara statistik (dihitung orang per orang di setiap negara) bahwa Indonesia salah satu yang menduduki peringkat tertinggi di dunia. Apakah Anda tega membiarkan sang anak tanpa perlindungan dan hanya berbekal “semoga beruntung” saja?
Anak yang sudah diimunisasi dengan baik masih mungkin tertular penyakit tersebut. Namun, dibandingkan dengan yang tidak diimunisasi, tingkat sakitnya akan jauh berbeda.
Sebagai permisalan, pada saat turun hujan; anak yang diimunisasi adalah ibarat anak yang memakai jas hujan dan yang tidak diimunisasi adalah ibarat anak yang tidak memakai jas hujan. Apakah mungkin yang memakai jas hujan masih basah ? Mungkin saja! Tapi coba bandingkan dengan yang tidak pakai jas hujan. Tentu derajat “basahnya” tidak akan sama…
Nah khusus untuk poin isu ke-2 (sistem vaksinasi) di atas yang – mungkin – diyakini kebenarannya oleh beberapa orang, saya punya penjelasan sedikit ..Imunisasi memang benar berarti memasukkan penyakit ke dalam tubuh anak….. tapi tunggu dulu, bukan sembarang penyakit yang dimasukkan ke dalam tubuh sang anak tersayang.Vaksin penyakit yang dimasukkan kedalam tubuh anak pada imunisasi khusus untuk penyakit-penyakit yang terpilih yang berpotensi menimbulkan akibat yang fatal atau cacat yang permanen pada masa depannya. Vaksin tersebut adalah penyakit yang telah dilemahkan di laboratorium dan telah teruji secara klinis, sehingga yang didapatkan oleh sang anak adalah kekebalan terhadap penyakit tersebut dalam wujud sebenarnya – yang tidak dilemahkan.
Tubuh manusia memiliki suatu mekanisme untuk belajar mengatasi rangsangan dari luar. Ini adalah suatu karunia yang sangat besar yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Rangsangan ini bisa berwujud perubahan cuaca dari panas ke dingin (atau sebaliknya), kontak dengan bakteri dan virus yang ada di udara bebas, kontak dengan alergen; atau singkatnya : kontak dengan dunia luar. Anak yang sehat memiliki kemampuan untuk mempelajari dan membuat kesimpulan tentang apa yang dipelajarinya. Ini juga terjadi pada sistem imun (kekebalan) tubuhnya. Proses belajar pada kekebalan tubuhnya akan langsung terjadi sesaat setelah seseorang bersinggungan dengan penyakit (misalnya dari orang lain). Kekebalan akan didapatkan sebagai hasil akhir / kesimpulan dari proses belajar tersebut – dengan catatan – bila status gizi pada tubuhnya baik. Mungkin ia akan mengalami sakit dahulu, namun tubuhnya akan terus mempelajari dan membuat kesimpulan terhadap penyakit tersebut.
Kekebalan dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif. Bedanya, yang satu didapatkan setelah seseorang sembuh dari suatu penyakit, dan yang lainnya didapatkan melalui vaksin penyakit tersebut.
Sebagai contoh : Seseorang bernama A terkena penyakit – sebut saja – penyakit “X”. Setelah sembuh, si A tadi akan memiliki kekebalan terhadap penyakit “X” tersebut. Pada kasus lain, seseorang lainnya bernama B mendapatkan vaksinasi penyakit “X”, dan dia mendapatkan kekebalan terhadap penyakit “X” tersebut. Menurut Anda, mana yang lebih bagus ? si A atau si B ? Anda menjawab “Tentu saja si A !”. Benarkah ?…..
Mungkin jawaban di atas benar, bila penyakit “X” yang dimaksud adalah penyakit yang sederhana, seperti flu biasa. Yang jadi masalah adalah : bagaimana bila penyakit “X” yang dimaksud adalah suatu penyakit yang fatal dan berpotensi untuk meninggalkan kecacatan??? Misalnya penyakit “X” tersebut adalah Polio, si A yang mendapat kekebalan setelah sembuh dari sakitnya belum tentu bisa berjalan dengan baik, bahkan mungkin ia tidak dapat berjalan lagi; sementara si B – yang mendapatkan vaksinasi polio – juga mendapatkan kekebalan terhadap penyakitnya, tetapi tanpa harus mengalami sakit terlebih dahulu…. Apa artinya seseorang memperoleh kekebalan setelah sembuh dari sakitnya, tapi ia kini juga memperoleh kecacatan (buta, lumpuh, dll) ? Tentu tidak banyak artinya. Apalagi pada konteks anak, masa depannya masih sangat-sangat-amat panjang sekali( http://www.drarief.com/fatwa-ulama-tentang-imunisasi/) –di nukil dengan sedikit  perubahan-
2.      Bahan-bahan imunisasi yang haram.
Pertama kami : katakan bahwa memang dari imunisasi ada bahan-bahan yang harom semisal enzim babi dll ( bedasarkan banyaknya keterangan ahli medis) namun ada yang menurut saya berlebih-lebihan ketika menyebutkan bahan-bahan vaksin yang menyeramkan & menjijikkan (seperti : sel kanker manusia, bayi kuda, ekstrak mentah lambung babi, nanah dll) dan efek samping, seperti yang mereka sebutkan “VAKSINASI SEBAB TERBESAR MATI MENDADAK’, “IMUNISASI = IQ RENDAH” DLL yang kebanyakan hanya menukil tanpa menyebukan buku referensi kedokteran yang autentik, oleh karena itu dr. Arief mengatakan ketika di tanya masalah tersebut dalam situsnya tersebut “Saya mengutip ucapan beberapa ustadz terkait hal ini, kejelasan kandungan yang berasal dari bahan yang haram juga tidak ditunjang dengan data yang pasti. Referensi syariah saya dalam hal ini adalah ustadz Abu Zubair Hawaary, dan ustadz Sufyan Baswedan, keduanya adalah alumni Madinah, insya Allah bisa dipegang fatwanya”.
Yang kedua : kalau memang kenyataannya seperti itu maka kami katakan : bukankah kita telah bahas pada bab yang lalu tentang masalah istihalah bahwa yang rojih adalah bisa mensucikan, dan proses pembuatan imunisasi sebagaimana keterangan-keterangan ahli medis (terutam anggota LPPOM)[7] 100% sudah bersih dari bahan-bahan harom tersebut[8]. Berikut kami nukilkan mereka dalam masalah vaksin meningitis
Berkata  Dr H Achmad Sanusi, SpPD, ketua MPKS dalam acara press briefing tentang persiapan WHA dan vaksin meningitis di gedung Kemenkes, Jakarta, Jumat (14/5/2010) : "Kami mengkaji sistem ilmiahnya tentang bagaimana proses dari awal hingga didapatkan produk akhir, untuk vaksin meningitis ini yang diambil hanya polisakarida”. Beliau juga mengatakan “Bahan yang digunakan untuk membuat vaksin adalah polisakarida. Berdasarkan kajian yang kami lakukan, didapati bahwa hasil akhir yang berupa polisakarida tersebut tidak mengandung apa-apa”.

Juga apa yang di ungkapkan salah satu anggota LPPOM."Memang benar dalam proses produksinya vaksin meningitis bersentuhan dengan babi.  Tapi vaksinnya sudah tidak mengandung babi lagi karena dilakukan proses ultrafiltrasi."  (http://www.detikhealth.com/read/2010/05/14/134221/1356995/763/bahan-akhir-vaksin-meningitis-bebas-kandungan-babi?ld991107763)

3.         Manfaat dan bahaya imunisasi
Sebenarnya poin ini sudah di jelaskan di depan dari keterangan dr. Arief, namun perlu kami tambahkan bahwa manfaat imunisasi itu suatu yang tidak samar karena itu adalah tujuan dari di buatnya imunisasi adapun efek samping darinya maka seharusnya kita beri arahan dan motivasi kepada para dokter untuk meningkatkan kwalitas dan meminimalkan efek sampingnya, bukan malah membuat putus asa mereka dengan langsung vonis yang buruk. Dan sesungguhnya kejadian atas gagalnya imunisasi terhadap beberapa orang tidaklah mengubah status hukumnya, itu seperti beberapa obat atau tindakan medis (seperti operasi, kemoterapi dll) yang pernah mengalami kegagalan. Lantas apakah kita mengatakan tindakan-tindakan medis tersebut haram semuanya?!

9.      Fatwa para ulama’ tentang imunisasi.
Sebagai pelengkap pembahasan ini kami nukilkan fatwa para ulama’
1.      Fatwa Majelis Eropa Lil-Ifta’ wal Buhuts
Dalam ketetapan mereka tentang masalah ini dikatakan: “Setelah Majelis mempelajari masalah ini secara teliti dan menimbang tujuan-tujuan syari’at, kaidah-kaidah fiqih serta ucapan para ahli fiqih, maka Majelis menetapkan :
1) Penggunaan vaksin ini telah diakui manfaatnya oleh kedokteran yanitu melindungi anak-anak dari cacat fisik (kepincangan) dengan izin Allah. Sebagaimana belum ditemukan adanya pengganti lainnya hingga sekarang. Oleh karena itu, menggunakannya sebagai obat dan imunisasi hukumnya boleh, karena bila tidak maka akan terjadi bahaya yang cukup besar. Sesungguhnya pintu fiqih luas memberikan toleransi dari perkara najis- kalau kita katakan bahwa cairan (vaksin) itu najis- apalagi terbukti bahwa cairan najis ini telah lebur denga memperbanyak benda-benda lainnya. Ditambah lagi bahwa keadaan ini masuk dalam kategori darurat atau hajat yang sederajat dengan darurat, sedangkan termasuk perkara yang dimaklumi bersama bahwa tujuan syari’at yang paling penting adalah menumbuhkan maslahat dan membedung mafsadat.
2) Majelis mewasiatkan kepada para pemimpin kaum muslimin dan pemimpin markaz agar mereka tidak bersikap keras dalam masalah ijtihadiyyah (berada dalam ruang lingkup ijtihad) seperti ini yang sangat membawa maslahat yang besar bagi anak-anak muslim selagi tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang jelas.[ Website Majlis Eropa Lil Ifta’wal Buhuts/www.e-cfr.org, dinukil dari kitab Fiqh Shoidali al-Muslim hlm. 107.]

      2.   Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia)
Majelis Ulama Indonesia dalam rapat pada 1 Sya’ban 1423H, setelah mendiskusikan masalah ini mereka menetapkan :
1). Pada dasarnya, penggunaan obat-obatan, termasuk vaksin, yang berasal dari – atau mengandung- benda najis ataupun benda terkena najis adalah haram.
2). Pemberian vaksin IPV kepada anak-anak yang menderita immunocompromise, pada saat ini, dibolehkan, sepanjang belum ada IPV jenis lain yang suci dan halal.[ Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia hlm. 370.
]

         10.     kesimpulan dan penutup                                
Setelah keterangan di atas, maka kami memandang bolehnya imunisasi dengan kriteria-kriteria di atas atau yang semisalnya, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya jenis imunisasi yang di sepakati bahayanya yang memunculkan hukum baru
Kami menyimpulkan juga dari beberapa diskusi ilmiyyah yang menjadi titik dasar perselisihan adalah ADA BAHAN HARAMNYA dan telah berlalu penjelasannya pada bab istihalah bahwa yag rojih adalah bisa mensucikan demikian juga masalah istihlak, oleh karena itu ketika MUI memfatwakan bolehnya imunisasi jenis IPV adalah karena alasan darurat, karena memang pendapat MUI dalam hal ini adalah syafi’iyyah yang meniadakan pengaruh istihalah ataupun istihlak[9]
Adapun manfaat dan madhorot yang di timbulkannya kami memandang seperti umumnya obat-obat kimia yang memilikiki beberapa efek samping akan tetapi dengan adanya rekomendasi para dokter –insyaalloh- manfaatnya lebih besar dari pada bahayanya
Kemudian kita juga katakan bahwa asal imunisasi adalah boleh sedangkan bahaya yang di hasilkannya minimalnya masih tanda tanya dalam artian meragukan. Dan dalam kaidah fiqhiyyah di katakan :
اليقين لا يزول بالشك
“Suatu yang yakin tidak bisa hilang dengan suatu yang meragukan”
Meskipun walohu a’lam kecenderungan hati kami bahwa imunisasi bukanlah suatu yang darurat karena kami tidak dapati pengaruh imunisasi seperti definisi darurat yang di terangkan ulama’ lebih-lebih kalau kita mau menerapkan “back to nature” kembali kepada yang alami & juga memakai tibbun nabawi yang telah teruji secara medis memiliki kandungan imun yang sangat besar[10]
Dan tulisan ini juga bukan ajakan wajib imunisasi. Akan tetapi seperti inilah tindakan obyektif dalam hukum islam, adapun setiap pribadi maka silahkan memakainya jika di pandang imunisasi  sangatlah urgen dan bagi yang lebih percaya pada thibbun nabawi silahkan meninggalkannya dan berusaha kembali ke hidup sehat ala rosul, akan tetapi kami ingatkan agar selalu menyandarkan semuanya kepada Allah dan kita tidak boleh sombong dengan sebab yang kita upayakan dalam menjaga kesehatan anak-anak kita -baik dengan cara imunisasi ataupun thibbun nabawi-
Bagi yang mengimunisasi, kemudian anaknya terkena penyakit yang dikhawatirkan, maka ia tidak akan menyalahkan vaksin itu sendiri, “Kenapa kok masih sakit padahal sudah di imunisasi” Karena memang sudah dijelaskan bahwa vaksin tidak memastikan bebas dari penyakit tersebut dan kita berusaha bersabar menerima takdir yang Allah tetapkan.
Begitupun kepada yang tidak mengimunisasi anaknya dan memilih thibbun nabawi, maka ketika anaknya terkena penyakit yang dikhawatirkan, maka tidak boleh menyalahkan thibbun nabawi tersebut sehingga mengurangi rasa cintanya pada thibbun nabawi dan kemudian menyalahkan diri dan menyesali, “kalau seandainya dulu pake vaksin”.
Karena kembali lagi, semuanya itu telah ditetapkan oleh Allah dan kita berusaha bersabar dan menerimanya.
Dan untuk kedua belah pihak, kalau seandainya anak saudaranya terkena penyakit yang dikhawatirkan, jangan bersikap sombong terhadap saudaranya, “Makanya, harusnya dulu diimunisasi.” atau ternyata yang terkena adalah anak yang diimunisasi, maka yang tidak mengimunisasi juga jangan sombong, sehingga kemudian masing-masing pihak lupa berdoa kepada Allah bahwa semua itu -kesehatan dan musibah yg tidak terkena padanya- adalah semata-mata keutamaan dari Allah dan hendaklah kita selalu memanjatkan doa kepada Alloh
الحمد لله اللذي فضلني على كثير من الناس
Segala puji bagi Allah yg telah memberi keutamaan kepadaku atas banyak orang.”
Dan akhirnya ini yang bisa kami uraikan seputar imunisasi sejauh tashowwur kami dari beberapa referensi karena keterbatasan referensi kami, dan kami sangat mengharapkan masukan dari saudara semua baik dari pemuka agama atau dari kalangan ahli medis. Dan apa yang ada dalam tulisan ini jika ada benarnya maka semata-mata dari Alloh dan jika ada kesalahan maka itu dari kami dan syaithon dan alloh dan rosulnya berlepas diri darinya.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه وسلم. واخر دعوانا ان الحمد لله رب العالمين






[1] Tulisan ini banyak mengambil faidah dari tulisan ustadzuna Abu Ubaidah dalam majalah al-furqon edisi 5 tahun 8 pada rubrik fiqh nawazil dengan judul “kontroversi hukum imunisasi polio” dan kitab “ahkamul adwiyah fis-Syariatil Islamiyah” karya Dr. Hasan bin Ahmad al-Fakki
[2] Sebagaimana pemaparan Fatwa Majelis Eropa Lil-Ifta’ wal Buhuts. Akan datang keterangannya pada bab 9.  fatwa para ulama tentang imunisasi
[3] Lihat himbauan ini dalam artikel kontroversi hukum imunisasi polio yang di tulis ustadzuna Abu Ubaidah
[4] Dan banyak lagi sebenarnya klaim-klaim mereka atas bahan imunisasi yang tersebar di dunia maya, diantaranya ginjal monyet dan anjing, embrio anak ayam, darah babi atau kuda dan nanah cacar sapi dan lain-lain yang mungkin lebih mengerikan lagi. Wallohu a’lam
[5] Di antara yang sangat keras menolak imunisasi adalah apa yang d sebutkan dalam majalah nikah volume 6 no.2 mei 2007 dengan membawakan hujjah-hujjah, diantaranya system vaksin yang menipu & beberapa data atas kegagalan imunisasi. Wallohu a’lam
[6] Beliau adalah dokter umun yang berdomisili di kota solo & banyak mengenal ustadz-ustadz salaf (lihat dalam situsnya & coment yang di bawahnya www.drarief.com
[7] Adalah singkatan dari lembaga pengkajian obat dan kosmetika, suatu lembaga yang di bentuk oleh MUI dengan tugas mengaudit perusahaan yang menghendaki mendapat sertifikat halal dari MUI
[8] Syaikhuna Ust. Ahmad Sabiq sering menyampaikan kepada kami akan konsultasi beliau kepada beberapa dokter & mahasiswa kedokteran jurusan farmasi tersebut tentang proses pembuatan vaksin dan mereka mengatakan bahwa proses akhir pembuatan vaksin bebas dari bahan harom
[9] Hal ini sama seperti masalah yang sempat geger yaitu masalah produk pelezat ajinomoto yang di informasikan ada kandungan lemak babinya. Kalau kita memahami masalah istihlal maka tidaka ada masalah lagi. Wallohu a’lam (faidah dari syaikhuna Ahmad Sabiq. Lc)
[10] Al-ustadz DR. Arifin Badri MA memiliki buku yang sangat bagus tentang masalah tersebut dengan judul “Imunisasi syariat” sekaligus sebagai bahan resensi kitab di majalah kami al-furqon edisi depan insyaalloh.

Read More..
Photobucket

Time

Date

Powered by Blogger.

About Me

My photo
berbagai hal yang indah untuk bayi adalah hal yang indah buat kita sebagai orang tua...masa kecil adalah masa yang tak akan terlupa oleh mereka tatkala mereka dewasa... Fast sharing n question to my Phone: 083191068057 (silvi)

Followers

Ahlan Wa Sahlan yaa Shohibii


ShoutMix chat widget

who's?

Jazakumullah

free counters
Bidanku.com
Hadirkan Nuansa Kualitas di Keluarga Anda
Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates