Pertama-tama, kita awali dengan pembahasan mengenai "kata" (الكلمة).
Kata (الكلمة)
Kata (dalam ilmu nahwu diistilahkan al-kalimah) terdiri dari 3 jenis.
1. Isim (الإسم) = kata benda.
Yaitu kata yang menunjukkan makna orang, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda mati, tempat, waktu, atau kata benda abstrak.
Contoh:
رَجُلٌ (rojulun) = seorang lelaki,
أَسَدٌ (asadun) = singa,
زَهْرَةٌ (zahrotun) = bunga,
قَمَرٌ (qomarun) = bulan,
القاَهِرَةُ
(Alqoohiroh) = Kairo,
يَومٌ
(yaumun) = hari,
اِسْتِقْلالٌ
(istiqlaalun) = kemerdekaan.
.
Kita dapat mengenal isim pada kalimat dengan ciri-ciri berikut:
o Berakhiran kasroh, seperti أنا في البَيْتِ, maka kata البيتِ adalah isim, sebab berakhiran kasroh.
o Berakhiran tanwin, seperti رأيتُ رَجُلاً, maka kata رَجُلاً adalah isim, sebab berakhiran tanwin.
o Diawali dengan alim lam, seperti الشمسُ شرقَتْ, maka kata الشمسُ adalah isim sebab diawali alim lam.
o Di dahului huruf jar (kata depan), seperti نَظَرْتُ إلى السماء, karena إلى merupakan huruf jar, maka kata setelahnya yaitu السماء adalah isim.
2. Fi'il (الفِعل) = kata kerja.
Yaitu kata yang menunjukkan suatu makna yang berkaitan dengan waktu (lampau, sekarang, dan akan datang).
Contoh:
كَتَبَ (kataba) = dia (lk) telah menulis.
يَكْتُبُ (yaktubu) = dia (lk) sedang/akan menulis.
3. Huruf (الحرْفُ) = kata depan, kata penghubung, atau kata sambung.
Yaitu kata yang tidak bisa dipahami maknanya kecuali jika disandingkan dengan kata lain.
Contoh:
مِنْ (min) = dari,
إلى (ila) = ke,
فِي
(fi) = di,
بِ (bi) = dengan,
وَ (wa) = dan,
أوْ (aw) = atau,
ثُمَّ (tsumma) = kemudian, dll.
Pertanyaan:
1. Apa pengertian ilmu nahwu?
2. Sebutkan contoh-contoh isim, fi'il, dan huruf! (selain contoh-contoh di atas)
Pengertian Nahwu (النحو)
Nahwu adalah ilmu yang mempelajari kaidah untuk mengenal fungsi-fungsi kata yang masuk pada kalimat, mengenal hukum akhir kata, dan untuk mengenal cara mengi’rob. (Mulakhos Qowaidul Lughoh).
• Mengenal fungsi-fungsi kata yang masuk dalam kalimat.
Seperti fungsinya sebagai subjek (fa'il), objek (maf'ulun bihi), dll.
• Mengenal hukum akhir kata.
Seperti أحمدُ (Ahmadu), harokat akhirnya adalah dhommah, karena diakhiri dengan "u".
• Mengenal cara meng'irobnya.
I'rob di dalam ilmu nahwu ada 4, rofa', nashob, jar, dan jazm. InsyaAllah akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya.
Contoh kalimat:
َرَأى أحمدُ إبراهيم (ro'a ahmadu ibrohiima)
رأى = melihat
أحمدُ = Ahmad
إبراهيم= Ibrahim.
Dari kalimat di atas,
kata "ُأحمد" berharokat akhir dhommah (Ahmadu),
dan kata "إبراهيمَ "berharokat akhir fathah (Ibrohiima).
Di dalam ilmu nahwu, akan dipelajari bahwa setelah kata kerja (dalam kalimat tersebut kata kerjanya رأى), maka:
• kata benda yang berharokat akhir dhommah fungsinya sebagai subjek,
• dan yang berharokat akhir fathah fungsinya sebagai objek.
Sehingga kalimat tersebut diartikan, "Ahmad melihat Ibrahim", bukan "Ibrahim melihat Ahmad", karena Ahmad sebagai subjek (yang berharokat akhir dhommah) dan Ibrahim sebagai objek (yang berharokat akhir fathah).
Cara meng'irobnya:
رَأَى (ro'a) adalah kata kerja
أحمدُ adalah kata benda berfungsi subjek yang rofa' dan tanda rofa'nya dengan dhommah.
أبراهيمَ adalah kata benda berfungsi objek yang nashob dan tanda nashobnya dengan fathah
Munculnya tantrum atau amarah yang tak terkendali sebetulnya merupakan
pertanda baik. Tangani amukannya secara bijak.
Sering, kan, anak marah-marah hanya karena ia merasa tidak puas oleh hal
sepele. Misalnya, sepatu yang disodorkan ibu tidak sesuai dengan
keinginannya. Ia minta warna merah jambu, tapi karena kotor, ia harus
memakai sepatu yang berwarna cokelat. Yang terjadi kemudian, si anak menolak
sambil marah dan melempar sepatunya. Kalau keinginannya belum terpenuhi
juga, dia akan semakin marah dan menangis keras. Bahkan, terkadang sampai
berguling-guling di lantai.
Pada kenyataannya, tantrum merupakan suatu hal yang wajar karena dialami
oleh semua anak usia dini. Perilaku ini belum muncul di usia awal karena
umumnya bayi hanya menunjukkan respons atas kebutuhannya seperti kalau
lapar, haus, dan popoknya basah, dengan cara menangis. Namun seiring
perkembangannya, di usia sekitar 9 bulan bayi mengembangkan konsep "saya
mau". Nah, bila sesuatu yang diinginkannya tidak berjalan sesuai yang dia
mau, maka ia akan frustasi. Salah satu cara untuk menandakan perasaan itu
adalah dengan tantrum. Inilah bentuk-bentuk amukan di usia batita dan cara
mengatasinya.
USIA 12-18 bulan
Mendekati usia setahun, anak bisa frustrasi saat menghadapi adanya
hambatan-hambatan fisik. Misalnya, beberapa anak merasa terintangi saat
harus duduk di kursi tinggi (kursi makan batita), di carseat, atau di tempat
bermainnya yang berpagar. Benda-benda tersebut membatasi geraknya sementara
kemampuan motoriknya sedang berkembang dan bertambah. Selain itu, anak juga
masih terbatas kemampuan bicaranya, sehingga belum dapat mengekspresikan
keinginannya lewat kata-kata. Akibatnya ia akan mengepalkan tangannya dengan
muka memerah karena marah, seolah ia mengatakan kepada kita bahwa situasinya
saat itu sedang tidak nyaman.
* Bentuk tantrum
Anak menangis keras, melengkungkan punggungnya, dan menggeliat-geliat dengan
marah.
* Cara mengatasinya
Sebagai orang tua, cobalah untuk memahami segala keterbatasannya, dan
antisipasilah hambatan-hambatan itu agar tantrum tidak keburu muncul. Jika
anak telanjur mengamuk, cara mengintervensinya yaitu dengan mengambil si
anak untuk disayang-sayang, dielus, dan dipeluk sampai dia tenang. Tak perlu
memberi pelajaran pada anak seusia ini. Alihkan saja perhatiannya pada
mainan dan nyanyian, ini dapat membantu.
Kasih sayang orang tua bukan hanya dapat mengerem tantrum, tapi juga
membantu anak mengembangkan rasa aman, sehingga ia mampu membangun dasar
dari perasaan yang baik.
Dengan modal dasar ini, bila sudah besar nanti, ia
bisa menenangkan dirinya kala sedang marah. Ia pun akan belajar bahwa
dirinya bisa mengontrol dan dapat tetap tenang tanpa harus marah
meledak-ledak.
Namun perlu diingat, bagaimanapun juga tidaklah mudah menenangkan anak yang
tengah frustrasi dan membuatnya nyaman. Bila memang tidak berhasil, hadapi
terus dengan sikap yang santai. Pastikan bahwa segala sesuatunya sudah
berjalan benar, dan tidak ada kesalahan yang jadi penyebab tantrum-nya.
Kalau sudah begitu, jangan coba-coba untuk menghentikan tangisannya.
Adakalanya, Anda cuma bisa menunggu sampai tantrum-nya reda.
18 BULAN SAMPAI 3 TAHUN
Ingat, di usia batita, tantrum tak lebih merupakan ekspresi sederhana dari
rasa frustrasi. Anak sebetulnya ingin merasa berkuasa dan menjadi sangat
marah ketika keinginannya tidak terpenuhi segera. Sementara, sangatlah
penting bagi orang tua untuk mendukung kemandiriannya yang sedang
berkembang. Oleh karena itu, orang tua tetap harus bersikap kritis untuk
mengatakan "tidak" terhadap permintaan-perminta annya yang tidak masuk akal.
Contohnya, saat kita sedang memasak anak merengek-rengek minta digendong.
Katakan kepadanya baik-baik bahwa dia akan segera digendong bila kita sudah
menyelesaikan pekerjaan dapur. Jadi, lanjutkan saja pekerjaan memasak
tersebut.
Namun, bersiaplah bila kemudian anak berteriak, "Gendong!" sambil
meraung-raung dan menarik-narik baju kita. Karena anak belum dapat mengatur
perasaannya, kemarahan itu cenderung meningkat. Akibatnya, tantrum-nya tidak
dapat diprediksi, bisa cepat menghilang dan bisa juga menguat.
* Bentuk tantrum:
Berteriak sambil menangis, menendang, membanting dan melempar sesuatu,
memukuli tangan dan kaki, serta menjatuhkan diri ke lantai. Jadi, jangan
kaget bila anak melemparkan dirinya ke lantai sambil menghentak-hentakka n
tangan dan kakinya di lantai karena frustrasi.
Mengapa bisa seperti itu? Tentunya karena di usia ini anak belum mengerti
konsep menunggu. Bila sedikit saja penanganannya tertunda, hal itu bisa
membuatnya lepas kendali. Begitu pun dengan rasa capek, lapar, dan perubahan
yang tidak diharapkan.
Ironisnya, tingkah laku yang terburuk justru ditunjukkan kepada kita yang
telah mencurahkan kasih sayang secara tulus. Rupanya, kedekatan selama ini
membuatnya merasa aman untuk mengekspresikan kemarahan, rasa frustrasi dan
kekecewaannya di hadapan kita.
* Cara mengatasinya:
Orang tua harus mengambil tindakan bila ia menggigit, memukul, menendang,
mencakar atau bila membahayakan dan melukai dirinya sendiri dengan
mengeliat-geliat di lantai tanpa kontrol. Cara mengintervensinya dengan
bergerak tenang dan menghindari jangkauan anak, sambil mengatakan, "Tidak.
Kamu tak boleh tendang ibu/ayah!" Bila ia bermaksud membahayakan dan melukai
dirinya, maka segeralah bawa ke tempat yang aman dimana dia dapat
melanjutkan tantrum-nya dengan aman.
Selama menghadapi tantrum, bersikaplah konsisten atau tidak mengalah.
Misalnya, anak mengamuk karena kita tidak mengizinkannya makan permen
ketiga. Saat ia berteriak-teriak minta lagi, berikan alasan yang masuk akal.
Sikap menyerah hanya akan membuat anak belajar bahwa dia bisa menggertak
orang tua untuk menuruti keinginannya.
Anak di usia ini masih bisa dialihkan perhatiannya. Ajaklah ia untuk mencoba
berbagai permainan yang menarik, seperti puzzle sederhana. Hal ini akan
membantu menggeser pikirannya dari permen tadi.
Bila tantrum-nya penuh dengan gerakan-gerakan, sebaiknya orang tua tetap
berada di dekatnya. Biarkan ia begitu dan jangan memberinya respons. Saat
tidak mendapat hal yang diinginkan, ia mungkin menginginkan perhatian dari
kita. Namun, bila kita meladeni kelakuannya dalam bentuk interaksi apapun,
hal ini malah akan meningkatkan tantrum-nya. Sebaliknya semakin sedikit kita
bereaksi, semakin cepat pula tantrum itu teratasi.
Bila Anda ragu untuk memberi respons atau tidak, ingatlah bahwa anak perlu
belajar bagaimana mengalami perasaan frustrasi dan kekecewaan. Jadi, cara
terbaik untuk membantunya adalah dengan tidak ikut campur. Beri ia
kesempatan untuk mengatasi perasaan tidak nyamannya sendiri, dan bagaimana
mengembalikan kontrol diri setelah lepas kendali.
Sekali dia belajar, dia akan siap untuk pelajaran berikutnya. Pada akhirnya,
dengan tidak bereaksi, anak akan melihat bahwa tantrum-nya itu tak
berpengaruh apa-apa pada orang tua. Atau paling tidak, ia melihat efeknya
terhadap kita sangatlah kecil. Dengan demikian sedikit kemungkinan anak akan
mengulang amukannya di lain waktu.
Segera sesudah itu anak dapat memulai proses pemulihan dan belajar
menenangkan diri sendiri. Begitu tantrum-nya sudah lewat ia akan kembali
bersahabat. Ini mengisyaratkan bahwa semakin cepat anak mengendalikan
kontrol dirinya, semakin cepat pula dia mau berbaikan kembali dengan kita.
LIMA CARA AGAR ORANG TUA TETAP TENANG
1. Lakukan kegiatan
Meski mungkin kita bingung menghadapi kemarahan anak, tetaplah bersikap
seolah tak peduli dan lakukan aktivitas sehari-hari. Fokuskan pada
tugas-tugas yang konkret, semisal mencuci piring, menyiram tanaman, atau
membereskan kamar. Hal ini dapat membantu kita untuk mengalihkan pikiran
dari anak yang tantrum.
2. Berhitung
Menghadapi amukan anak yang tidak terkendali, sangat mungkin membuat kita
menjadi kesal. Agar tidak berlanjut menjadi amarah, maka ambil napas
dalam-dalam kemudian hitunglah satu sampai sepuluh. Berhitung akan membantu
kita menenangkan diri
.
3. Tidak menggunakan fisik
Bila hampir kelepasan memberi pukulan, maka ingatlah bahwa cara terbaik
menyelesaikan konflik adalah dengan bicara dan kompromi setelah anak dan
orang tua sudah sama-sama tenang.
4. Pindah ke tempat lain
Ciptakan jarak dengan anak yang sedang mengamuk. Untuk anak yang masih kecil
bisa dengan membawanya ke ruang lain yang aman, kemudian tinggalkan. Untuk
anak yang lebih besar bisa dengan memintanya pergi keluar dari ruangan, tapi
bila ia menolak maka orang tua yang sebaiknya pergi.
5. Ingat bahwa tantrum adalah suatu sinyal yang baik
Tantrum merupakan suatu reaksi normal terhadap frustrasi, bukan suatu tanda
ketidakpatuhan. Tantrum juga mengisyaratkan bahwa kita sebenarnya sudah
berlaku benar dengan membuat batasan-batasan, sehingga anak merasa cukup
aman mengekspresikan dirinya secara jujur pada kita.
Tak mudah menjadi bocah umur 1-2 tahun. Ia merasa tinggal di dunia raksasa, semua orang lebih besar darinya. Segalanya melintas begitu cepat hingga amat sulit diserap olehnya. Akibatnya, pecah tangisnya! Ada banyak hal yang bisa membuatnya menangis keras. Apa yang bisa kita perbuat untuk membantunya? Ibu tak ada. Berpisah dengan orang terdekat sungguh menakutkan. Apalagi kalau ditinggal ibu, sehingga ia kerap menangis jika pujaan hatinya ini tidak ada disampingnya. Atasi: Upayakan tidak langsung meninggalkannya dalam keadaan menangis. Tunggu dia tenang dulu sembari menjelaskan alasan kepergian Anda. Selalu pamitlah kepadanya jangan pergi diam-diam. Tinggalkan dengan orang yang dikenalnya. Di waktu luang ajak anak bermain petak umpet untuk mengenal konsep “pergi-kembali.” Bertemu orang baru. Tante yang dulu datang saat ia masih bayi, datang lagi dan ingin memeluknya. Buat balita, saat ini tante menjadi orang asing baginya. Atau ketika diajak bertamu ke rumah teman Anda, karena merasa tidak nyaman di tempat baru dan tidak tahu cara mengungkapkan kegusarannya akhirnya dia menangis. Atasi: Ajak dia berkenalan, sebutkan nama orang tersebut dan beranikan balita bersalaman dan perkenalkan diri. Jika ada teman sebayanya, minta dia bermain bersama. Namun, jangan paksa bila belum berani. Temani agar ia mau bersosialisasi. Tak bisa ngomong. Perbendaharaan kata balita 1-2 tahun masih terbatas, baru sekitar 100 kata. Pelafalannya pun juga belum jelas, sehingga Anda seperti bermain tebak kata. Bila Anda tak kunjung paham, pecahlah tangis frustasinya. Atasi: bicara perlahan agar balita mengerti Anda dan minta menjelskan keinginannya lebih perlahan. Bantu dia menunjukkan apa yang dia maksud. Lelah dan mengantuk. Energinya tidak sama dengan orang dewasa. Saat dia sudah lelah namun Anda masih semngat mengajaknya beraktivitas. Akibatnya anak jadi rewel dan menangis. Atasi: kenali tanda-tanda anak lelah dan mengantuk. Hindari mengajaknya bepergian di jam biasa tidur. Keinginan gagal. Terkadang anak tidak bisa mendapatkan yang diinginkannya. Ia belum paham mengapa kalau malam tidak boleh bermain, padahal siang boleh. Hatinya kesal! Atasi: beri alasan yang jelas dan mudah dipahami mengapa Anda melarangnya, jangan biasa tanpa penjelasan. Walau masih kecil, dia menyerap perkataan Anda. Sakit. Karena merasa tidak nyaman, dia sering menangis. Bila orang dewasa masih bisa menahan diri, tidak demikian dengan anak kecil. Ia pun akan rewel. Atasi: meskipun tidak banyak yang bisa dilakukan, meski sudah dibawa ke dokter, penyakit tidak bisa sembuh seketika. Buatlah dia merasa tetap nyaman, misalnya membacakannya buku, membuat masakan kesukaannya, dan peluk dia. Rutinitas berubah. Karena belum paham konsep waktu, dia suka menjalani hidupnya yang terjadwal sebagai rutinitas. Bila jadwal berganti dan kacau, ia akan terganggu dan menjadi rewel. Atasi: beri waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan jadwal barunya. Seperti, bangun lebih pagi karena harus pergi. Lakukan secara bertahap.
Read More..
1. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa yang membuat Allah murka karena ingin memperoleh ridha manusia, maka Allah akan murka padanya dan Allah menjadikan orang yang ingin ia peroleh ridhanya dengan membuat Allah murka itu akan murka padanya. Dan siapa yang membuat Allah ridha sekalipun manusia murka padanya, maka Allah akan ridha padanya dan Allah menjadikan orang yang memurkainya dalam meraih ridha Allah itu akan ridha pula padanya, sampai-sampai Allah akan menghiasi si hamba dan menghiasi ucapan dan amalannya di mata orang yang semula murka tersebut.” (HR. Ath Thabrani)
2. Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah seorang penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika kau tidak bisa mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka....” [ ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullah – (61 – 101 H) ] [ Khalifah 8 Bani Umayyah – (99 – 101 H) ]
3. Ibnul Jauzy berkata, "Demi Allah, Ingatlah wajib atas kalian untuk memperhatikan jalan hidup salaf serta menelaah tulisan-ti;isan mereka dan kabar-kabar mereka. Sungguh memperbanyak dalam menelaah kita-kitab mereka adalah seperti melihat mereka"
4. Imam asy-Syafi'i berkata: ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang ...aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)
5. Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu akan menjagamu sedangkan kamulah yang akan menjaga harta. Ilmu itu hakim (yang memutuskan berbagai perkara) sedangkan harta adalah yang di...hakimi. Telah mati para penyimpan harta dan tersisalah para pemilik ilmu, walaupun diri-diri mereka telah tiada akan tetapi pribadi-pribadi mereka tetap ada pada hati-hati manusia"
6. Aun bin Abdillah berkata "Perhatian seorang hamba terhadap dosanya akan mendorongnya untuk meninggalkan dosa itu. Dan penyesalan atas dosa itu adalah kunci untuk bertaubat. seorang hamba senantiasa memperhatikan dosa yang dilakukannya sehingga hal itu menjadi lebih bermanfaat baginya dari pada sebagian kebaikan-kebaikannya "(diriwayatkan oleh abu nuaim)
7. Dari Anas ra, Nabi SAW bersabda, " Seorang Mukmin (sejati) itu adalah orang yg manusia aman darinya, dan seorang Muslim (sejati) itu adlh orang yg kaum Muslimin selamat dr lidah dan tangannya, dan sorang muhajir (sejati) itu adlh orang yg meninggalkan keburukan. Demi Dzat yg jiwaku ada di TanganNya, tidaklah masuk surga seorang hamba yg tetangganya tdk merasa aman dr kejahatannya." [HR Ahmad]
8. Dari Abu Musa ra, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah membentangkan TanganNya pada malam hari agar orang yang berbuat dosa pada siang hari bertaubat dan membentangkan TanganNya pada siang hari agar orang yang berbuat dosa pada malam harinya bertaubat, sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya." [ HR Muslim dan an-Nasa'i]
9. Dari Abu Dzar ra, Rasulullah SAW bersabda, " Senyummu di hadapan saudaramu (seagama) adalah sedekah bagimu, dan amar ma'ruf dan nahi munkarmu adalah sedekah. Bimbinganmu terhadap orang yang berada di dalam kesesatan adalah sedekah, dan menyingkirkan gangguan, duri dan tulang dari jalanan bagimu adalah sedekah, serta menuangkan isi timbamu kepada timba saudaramu adalah sedekah." [HR at-Tirmidzi]
10. Dari Abu Sa'id al Khudri dan Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, " Tidaklah menimpa seorang Mukmin berupa rasa lelah, sakit, gelisah, kesedihan, gangguan dan rasa duka, sampai-sampai duri yang menusuknya; kecuali Allah hapuskan sebagian dari dosa-dosanya dengan sebab musibah itu." [HR Bukhari]
11. Dari Ulay bin Rabah, dia mengatakan, Aku pernah mendengar Amr bin Ash ra mengatakan, 'Kalian memasuki waktu pagi dan sore hari dlm keadaan menginginkan apa yg justru ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Kalian menjadi orang yg suka pd dunia sementara Rasulullah SAW zuhud padanya. Demi Allah, tidaklah suatu malam datang kp...d Rasulullah SAW, kecuali tanggungan beliau lebih banyak drpd harta yg beliau punya'." [HR Ahmad]
12. Dari Abdullah bin Mas'ud ra, ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda, "Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang yang haram atas neraka, atau orang yang mana neraka haram atasnya ? Yaitu setiap orang yang dekat (kepada orang lain), lunak, lagi berakhlak halus." [HR at-Tirmidzi]
13. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah ...rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR. Abu Dawud )
1.Tidaklah lurus suatu ucapan kecuali dia barengi dengan perbuatan, dan tidaklah lurus ucapan dan perbuatan kecuali dibarengi niat yang IKHLAS, dan tidaklah lurus ucapan,perbuatan,dan niat kecuali dibarengi dengan mengikuti SUNNAH sesuai pemahaman yang lurus
2.Dari Abu Qilabah rahimahullah, beliau berkata: “Tidak ada seseorang yang mengadakan suatu kebid’ahan melainkan suatu saat dia akan menganggap halal menghunus pedang (menumpahkan darah kaum muslimin, atau memberontak kepada pemerintah).” (Al-I’tisham, 1/112, Ad-Darimi, 1/58 no.99)'
3. Penulis: Al Ustadz Zainul Arifin
Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata:
“Apabila air laut telah meluap menerobos ke daratan, maka siapakah yang sanggup membendungnya?!” (Beliau inginkan dengan perkataan ini untuk memberi peringatan terhadap banyaknya kemungkaran)
(Mawa’izh Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah, hal. 90) http://almuslimah.wordpress.com/2008/05/21/musibah/
4. Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata:
“Menangislah kalian atas orang-orang yang ditimpa bencana. Jika dosa-dosa kalian lebih besar dari dosa-dosa mereka (yang ditimpa musibah, red), maka ada kemungkinan kalian bakal dihukum atas dosa-dosa yang telah kalian perbuat, sebagaimana mereka telah mendapat hukumannya, atau bahkan lebih dahsyat dari itu.”
(Mawa’izh Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah, hal. 73)
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala benar-benar menjanjikan adanya ujian bagi hamba-Nya yang beriman, sebagaimana seseorang berwasiat akan kebaikan pada keluarganya.”
(Mawa’izh Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah, hal. 111)
“Tidak ada musibah yang lebih besar dari musibah yang menimpa kita, (di mana) salah seorang dari kita membaca Al-Qur’an malam dan siang akan tetapi tidak mengamalkannya, sedangkan semua itu adalah risalah-risalah dari Rabb kita untuk kita.”
(Mawa’izh Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah, hal. 32)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
“Seorang mukmin itu berbeda dengan orang kafir dengan sebab dia beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, membenarkan apa saja yang dikabarkan oleh para Rasul tersebut, menaati segala yang mereka perintahkan dan mengikuti apa saja yang diridhai dan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bukannya (pasrah) terhadap ketentuan dan takdir-Nya yang berupa kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan-kemaksiatan. Akan tetapi (hendaknya) dia ridha terhadap musibah yang menimpanya bukan terhadap perbuatan-perbuatan tercela yang telah dilakukannya. Maka terhadap dosa-dosanya, dia beristighfar (minta ampun) dan dengan musibah-musibah yang menimpanya dia bersabar.”
(Makarimul Akhlaq, Syaikhul Islam Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyyah, hal. 281)
(Sumber: Majalah Asy Syariah, Vol. I/No. 12/1425H/2005, kategori: Permata Salaf, hal. 1. Dicopy dari http://www.majalahsyariah.com/print.php?id_online=254)
5. Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Rabb mereka.Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik. Azzumar: 33-34
6. sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan kunci bagi setiap kebaikan dan kejelekan, kunci dan pintu untuk masuk kepadanya sebagaimana Allah jadikan kesyirikan, kesombongan, berpaling dari apa yang disampaikan Allah kepada Rasul-Nya, dan lalai dari dzikir terhadap-Nya dan melaksanakan hak-Nya sebagai kunci ke neraka, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan khamr sebagai kunci segala dosa. Dia jadikan nyanyian sebagai kunci perzinaan, Dia jadikan melepaskan pandangan pada gamba-gambar sebagai kunci kegelisahan dan kegandrungan, Dia jadikan kemalasan dan kesantaian sebagai kunci kerugian dan luputnya segala sesuatu, Dia jadikan kemaksiatan-kemaksiatan sebagai kunci kekufuran, Dia jadikan dusta sebagai kunci kenifakan (kemunafikan -ed), Dia jadikan kekikiran dan ketamakan sebagai kunci kebakhilan, memutus silaturahim, serta mengambil harta dengan cara yang tidak halal dan Dia jadikan Berpaling dari apa yang dibawa Rasul sebagai kunci segala kebid’ahan dan kesesatan.